Analisis Teknikal

IHSG Bakal Menghijau, Kok Susah yah Tembus 5.000?

Haryanto, CNBC Indonesia
06 July 2020 08:19
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/7/2020) berpotensi menguat terdorong oleh data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk bulan Juni yang diperkirakan naik ke level 84 dari 77,8 pada Mei.

Sebelumnya, pada perdagangan Jumat kemarin (3/7/2020) IHSG ditutup di zona hijau, dengan penguatan 7,01 poin atau 0,14% ke level 4.973,79 setelah asing mulai masuk pasar saham di tengah harapan pemulihan ekonomi dan juga vakisn corona.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Jumat lalu mencapai Rp 6,15 triliun, dengan investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp 93,4 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Ada sebanyak 176 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara yang turun sebanyak 222 saham dan stagnan sebanyak 172.

Saham-saham yang naik di antaranya PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) naik 20,37%, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) menguat 10,46%, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) terapresiasi 9,00%, sedangkan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) naik 7,89% dan PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) naik 6,93%.

Sepekan kemarin (week-on-week/WoW) IHSG menguat sebesar 69,7 poin atau 1,42% terdorong oleh kabar menggembirakan dari perusahaan farmasi raksasa AS Pfizer (PFE) dan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech (BNTX) yang mengumumkan data positif dari uji coba tahap awal manusia terhadap vaksin virus corona.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) berakhir di teritori positif.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 92,39 poin atau 0,4% menjadi 25.827,36, Nasdaq naik 53,00 poin atau 0,5% menjadi 10.207,63 dan S&P 500 menguat 14,15 poin atau 0,5% menjadi 3.130,01.

Sepekan kemarin Dow Jones melonjak 3,2%, S&P 500 melonjak 4% dan Nasdaq yang merupakan basis saham teknologi melonjak 4,6%.

Reli bursa Wall Street di tengah laporan data dari Departemen Tenaga Kerja AS yang menunjukkan rekor lonjakan dalam pekerjaan di bulan Juni. Laporan itu mengatakan pekerjaan penggajian non-pertanian melejit sebesar 4,8 juta pekerjaan pada bulan Juni setelah melonjak 2,7 juta pekerjaan pada bulan Mei.

"Peningkatan 4,8 juta dalam penggajian non-pertanian pada bulan Juni memberikan konfirmasi lebih lanjut bahwa rebound ekonomi awal telah jauh lebih cepat daripada yang kami dan sebagian besar lainnya perkirakan," kata Michael Pearce, Ekonom Senior AS di Capital Economics, melansir RTTNews.

Selain itu, data ekonomi yang menggembirakan lainnya juga menopang kinerja ekuitas, indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) bulan Juni naik menjadi 52,6 dari 43,1 pada Mei. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi.

Sementara itu, pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS menunjukkan rebound besar di bulan Mei, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada hari Kamis kemarin. Pesanan pabrik melonjak 8,0% pada Mei setelah anjlok 13,5% pada April.

Data-data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan, mensinyalir bahwa perekonomian Negeri Paman Sam tersebut mulai pulih dari hantaman keras pandemi Covid-19.

Bursa AS ditutup pada hari Jumat kemarin untuk liburan Fourth of July, hari kemerdekaan Amerika.

Pelaku pasar hari ini tertuju pada rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia (per Juni) yang bakal diumumkan nanti. Tradingeconomics memperkirakan angka indeks tersebut bakal di level 84, atau membaik dari posisi Mei sebesar 77,8.

Jika proyeksi tersebut terkonfirmasi, maka penguatan inflasi pada Juni lalu pun semakin jelas mengirimkan sinyal bahwa selera konsumsi masyarakat kembali meningkat.

Dengan geliat konsumsi, maka ada peluang perekonomian kembali terkatrol apalagi di tengah perkembangan temuan vaksin anti-corona (strain terbaru) dari beberapa negara maju. Saham sektor konsumer, perjalanan, dan ritel berpeluang terkena aksi beli setelah sektor tersebut tertekan beberapa bulan terakhir akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pada perdagangan pagi ini Senin (4/7/2020) penguatan bursa Wall Street dan rilis data IKK yang diperkirakan membaik kemungkinan menjadi daya dorong IHSG masuk zona hijau.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di antara area resistance dan pivot, dengan garis BB yang masih melebar namun cenderung stabil maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan masih menguat terbatas.

Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance yang berada di area 4.995 hingga area 5.030. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.960 hingga area 4.925.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berada di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk menguat.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 61, dengan garis yang terpantau menurun setelah menyentuh area overbought artinya pergerakan kemungkinan terkoreksi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di antara level resistance dan pivot, dengan garis BB yang masih melebar maka pergerakan selanjutnya masih menguat, kendati terbatas karena RSI yang sudah overbought.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular