Analisis Teknikal

Kalau Sampai Rupiah Melemah 7 Hari Beruntun, Apa Kata Dunia?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 July 2020 08:26
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 6 hari beruntun melawan dolar AS pada perdagangan Kamis (2/7/2020), bahkan pelemahan kemarin cukup signifikan 0,81% di Rp 14.305/US$.

Tekanan bagi rupiah sepertinya masih belum akan mereda pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (3/7/2020). Sebab data tenaga kerja AS yang dirilis kemarin malam memberikan sinyal kebangkitan ekonomi Paman Sam.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan data non-farm payroll atau jumlah tenaga kerja yang terserap di luar sektor pertanian, sebanyak 4.8 juta orang di bulan Juni, jauh lebih tinggi dari prediksi Reuters sebanyak 3 juta orang, dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,699 juta orang.

Selain itu tingkat pengangguran juga turun menjadi 11,1%, dari bulan Mei 13,3% dan lebih rendah dari prediksi Reuters sebesar 12,3%.

Besarnya jumlah tenaga kerja yang kembali direkrut menunjukkan roda bisnis di negeri Paman Sam kembali berputar, dan menguatkan harapan perekonomian akan segera bangkit pasti merosot akibat pandemi Covid-19.

Memang data tersebut memberikan 2 efek, yang pertama sentimen pelaku pasar kembali membaik, yang bisa menjadi modal rupiah untuk menguat. Di sisi lain, data tersebut juga membuat dolar AS perkasa yang memberikan tekanan bagi rupiah, sehingga akan memberikan efek tarik menarik.

Alhasil, rupiah berisiko membukukan pelemahan 7 hari beruntun. Jika itu terjadi, maka rupiah akan mencatat rentetan pelemahan yang lebih panjang dari bulan Maret lalu, ketika mengalami gejolak hingga menyentuh level terlemah sejak krisis moneter 1998.

Meski demikian, persentase pelemahan kali ini jauh lebih rendah ketimbang Maret lalu.

Secara teknikal, rupiah kemarin menembus batas atas fase konsolidasi terlihat di rentang Rp 14.230/US$ yang sudah berlangsung dalam 4 pekan terakhir, dan mencapai target analisis teknikal kemarin. Sehingga tekanan bagi rupiah semakin besar.

Fase konsolidasi pada satu titik dapat memicu pergerakan besar, entah itu menguat atau melemah. Dalam kondisi saat ini, risiko rupiah melemah menjadi lebih besar ketimbang menguat, sehingga patut diwaspadai.

Ketika batas atas fase konsolidasi ditembus, target pelemahan rupiah sama dengan besarnya rentang konsolidasi dalam hal ini Rp 13.810/US$ (batas bawah) sampai Rp 14.230/US$, artinya ada rentang sebesar Rp 420. Sehingga jika rupiah tertehan di atas US$ 1.230/US$, maka target pelemahannya menuju Rp 14.650/US$ dalam beberapa hari ke depan.

Untuk hari ini, risiko pelemahan rupiah ke Rp 14.415/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought. Artinya ada peluang rupiah akan menguat, dengan target masih di Rp 14.230/US$.

Untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular