
Nasib Rupiah Hari Ini, Masa Mau Melemah 6 Hari Beruntun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.190/US$ Rabu kemarin. Meski tipis, rupiah akhirnya membukukan pelemahan 5 hari perdagangan beruntun.
Dalam 2 hari terakhir, sentimen pelaku pasar sedang bagus akibat data manufaktur China yang masih menunjukkan ekspansi, sehingga memunculkan harapan akan bangkitnya perekonomian global. Data ekonomi dari dalam negeri juga menunjukkan perbaikan, tetapi rupiah tetap saja melemah.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (2/7/2020), kinerja rupiah kemungkinan tidak akan jauh berbeda dengan kemarin. Apalagi melihat bursa utama saham Asia yang bergerak bervariasi, menjadi indikasi sentimen yang kurang bagus. Rupiah berisiko membukukan pelemahan 6 hari beruntun.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, mengingat pergerakan tipis-tipis belakangan ini. Rupiah masih dalam fase konsolidasi terlihat di rentang Rp 13.810/US$ (batas bawah) sampai Rp Rp 14.230/US$ (batas atas) dalam 3 pekan terakhir. Pergerakan rupiah per harinya juga tidak terlalu besar.
Tetapi, fase konsolidasi pada satu titik dapat memicu pergerakan besar, entah itu menguat atau melemah. Dalam kondisi saat ini, risiko rupiah melemah menjadi lebih besar ketimbang menguat, sehingga patut diwaspadai. Apalagi rupiah kemarin sempat menguji batas atas Rp 14.230/US$
Fase konsolidasi rupiah semakin terlihat setelah dua pekan lalu rupiah membentuk pola Doji.
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.
Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah rentang pergerakan rupiah tidak terlalu besar.
Sementara itu indikator stochastic kini mulai masuk wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.
Jika rupiah kembali melemah, maka level Rp 14.230/US$ (batas atas fase konsolidasi) akan menjadi resisten (tahanan atas) yang cukup kuat. Selama tidak menembus resisten tersebut, rupiah masih berpeluang menguat lagi.
Tetapi jika Rp 14.230/US$ berhasil ditembus secara meyakinkan, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.300/US$.
Dalam 2 hari terakhir, level tersebut memang sempat dilewati, tetapi rupiah selalu mengakhiri perdagangan di bawahnya. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar seandainya menutup perdagangan di atas US$ 14.230/US$.
Support (tahanan bawah) terdekat berada di level Rp 14.150/US$, jika berhasil di lewati rupiah berpeluang terus melaju menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
Untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
