6 Hari Melamah, Bagaimana Nasib Rupiah di Semester II?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2020 17:15
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Bank Indonesia (BI) sebagai pemenang otoriitas moneter tentunya akan menstabilkan nilai tukar rupiah di sisa tahun ini. Rupiah yang terlalu kuat tidak bagus bagi perekonomian, terlalu lemah juga buruk.

BI melihat secara fundamental rupiah masih berpeluang menguat, tetapi di sisi lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pidato tanggapan pemerintah atas kerangka makro APBN 2021 pada pertengahan Juni lalu menyampaikan pihaknya juga tidak mau rupiah terlalu kuat. Indonesia masih butuh ekspor yang berdaya saing dengan nilai tukar yang terjaga.

Kurs rupiah menjadi salah satu faktor kompetitif atau tidaknya produk Indonesia di pasar global. Ketika rupiah menguat, harga produk dalam negeri tentunya akan menjadi lebih mahal sehingga tingkat ekspor berisiko semakin merosot. Di sisi lain, rupiah yang kuat juga dapat memicu banjir produk impor di dalam negeri.

"Namun perlu kita sadari bersama bahwa pada saat ini posisi nilai tukar yang terlalu kuat juga dapat memukul kinerja ekspor nasional dan berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," kata Sri Mulyani.

"Nilai tukar rupiah yang terlalu kuat dapat melumpuhkan daya saing produk kita dan menyebabkan penurunan ekspor serta peningkatan impor produk yang menjadi lebih murah. Untuk itu, Pemerintah bersama Bank Indonesia, akan terus mengelola nilai tukar secara berhati-hati untuk tetap menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi ke depan," tegas Sri Mulyani.

Dalam hal ini, Sri Mulyani menegaskan yang menjadi fokus perhatian bersama adalah bukan pada tingkat nilai tukar tertentu, tetapi menjaga stabilitas pergerakan nilai tukar agar tidak menimbulkan gejolak pada aktivitas ekonomi dan sektor riil dalam negeri.

BI dan Kementerian Keuangan juga sempat berbeda pendapat mengenai nilai tukar rupiah di tahun 2021. 

Saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Sri Mulyani memberikan asumsi makro rupiah Rp 14.900 - 15.300/US$ di 2021. Sementara BI memproyeksi posisi nilai tukar rupiah tahun depan akan mencapai Rp 13.700-Rp 14.300 per dolar AS.

Kendati demikian, pemerintah, BI, dan Komisi XI DPR akhirnya menyepakati nilai tukar rupiah ditargetkan di kisaran Rp 13.700 - Rp 14.900 per dolar AS di tahun 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular