Terima Kasih Pfizer, IHSG Akhirnya Naik 1%, Lumayan!

Tri Putra, CNBC Indonesia
02 July 2020 15:26
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (2/7/20) di tutup di zona hijau dengan apresiasi sebesar 1,07% di level 4.966,78.

Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 195 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,6 triliun. Terpantau 218 saham harganya naik, 193 turun, dan 150 stagnan.

Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 260 miliar dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 56 miliar.

Sejalan dengan IHSG, bursa di kawasan Asia terpantau hijau, Hang Seng Index di Hong Kong naik 2,85%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 0,11%, sedangkan STI Singapore juga naik 0,75%.

Changyong Rhee, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF mengatakan wilayah Asia masih dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan dunia bagian lain. Namun, ekonomi global yang lemah rupanya membuat Asia sulit untuk tumbuh.

Rhee mengatakan ekonomi Asia diperkirakan akan pulih dengan kuat untuk mencatat pertumbuhan 6,6% tahun depan. Tetapi tingkat kegiatan ekonomi di wilayah itu masih akan lebih rendah dari proyeksi IMF sebelum pandemi.

"Apa yang kami khawatirkan tentang Asia sebenarnya adalah pemulihan dari tahun 2020," kata Rhee, dikutip dari CNBC Internasional.

Dia menjelaskan bahwa negara-negara di kawasan Asia memiliki "ketergantungan besar" pada perdagangan, pariwisata, dan pengiriman uang. Masalahnya industri tersebut yang paling merugi setelah dihantam pandemi global ini.

Beralih ke kiblat pasar ekuitas global yakni Wall Street, dini hari tadi tiga indeks saham utama Negeri Paman Sam ditutup bervariatif dengan Indeks S&P 500 ditutup menguat 0,5%, indeks Nasdaq Composite yang konstituennya adalah perusahaan-perusahaan teknologi AS ditutup dengan apresiasi lebih tinggi hingga 0,95%.

Namun kali ini Dow Jones Industrial Average (DJIA) harus tertinggal dengan koreksi 0,3%. Sementara itu indeks kontrak berjangka Dow Futures terpantau naik 0,26%

CNBC International melaporkan, kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh kerja sama perusahaan farmasi AS dan Jerman (Pfizer & BioNTech) menunjukkan hasil yang positif.

Kandidat vaksin tersebut dikabarkan mampu menghasilkan antibodi yang dapat menetralkan virus. Artinya antibodi tersebut berfungsi dengan baik untuk menonaktifkan sang virus. Jumlah antibodi yang dihasilkan oleh pasien uji coba lebih banyak 1,8 - 2,8 kali lipat dari mereka yang sudah sembuh. 

Hasil studi tersebut dipublikasikan secara online. Meski belum mendapatkan review, kabar gembira ini telah membuat pasar menjadi sumringah.

"Kami didukung oleh data klinis BNT162b1, satu dari empat konstruk mRNA yang kami evaluasi secara klinis menunjukkan hasil yang positif, sebuah penemuan awal yang bagus," kata Kathrin U. Jansen, kepala penelitian dan pengembangan vaksin di Pfizer.

Lebih lanjut perusahaan tersebut juga mengatakan jika vaksin tersebut memperoleh izin dari otoritas kesehatan terkait (FDA), maka perusahaan akan membuat 100 juta dosis akhr tahun ini dan kemungkinan lebih dari 1,2 miliar dosis di akhir tahun 2021.

Apresiasi di pasar ekuitas AS juga didukung oleh rilis data ekonomi AS yang baik. ADP dan Moody's Analytic melaporkan penciptaan lapangan pekerjaan mencapai 2,37 juta pada Juni. Penciptaan lapangan kerja pada bulan Mei juga direvisi naik menjadi 3 juta.

Sementara itu, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan aktivitas manufaktur AS tumbuh ke level tertinggi sejak April 2019, pulih dari kontraksi tajam pada Mei.


ISM mencatat angka PMI manufaktur AS bulan Juni berada di 52,6. Naik signifikan dibanding bulan Mei yang tercatat hanya 43,1. Artinya sektor manufaktur AS mengalami ekspansi pada bulan Juni. 

Selanjutnya sentimen negatif datang dari Reuters yang melaporkan Texas, Arizona dan California menjadi episentrum baru penyebaran wabah. Peningkatan kasus yang signifikan ini membuat WHO menyarankan untuk menerapkan lockdown kembali bagi negara-negara dengan jumlah pertambahan kasus yang signifikan.

"Beberapa negara yang telah berhasil menekan transmisi yang sedang membuka kembali perekonomiannya, sekarang mungkin mengalami kemunduran dan mungkin harus menerapkan intervensi lagi, mungkin harus menerapkan apa yang disebut lockdown lagi," kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit baru dan zoonosi WHO, melansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular