Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun menghuni zona merah di perdagangan pasar spot.
Pada Kamis (2/7/2020), kurs tengah BI atau kura acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.516. Rupiah melemah signifikan 1,22% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menempati posisi terlemah sejak 29 Mei.
Sementara di pasar spot, nasib rupiah setali tiga uang. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.260 di mana rupiah melemah 0,49%.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah masih stagnan di Rp 14.190/US$. Namun tidak butuh waktu lama buat rupiah untuk terpeleset ke jalur merah, dan dolar AS berhasil menguat di atas Rp 14.200.
Depresiasi rupiah patut disayangkan, karena mata uang utama Asia lainnya cenderung menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yen Jepang dan dolar Taiwan yang melemah. Apalagi depresiasi yen dan dolar Taiwan tipis saja sehingga rupiah lagi-lagi menjadi mata uang terlemah di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pada pukul 10: WIB:
Sepertinya sentimen domestik menjadi beban bagi langkah mata uang Ibu Pertiwi. Kemarin, IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Juni 2020 berada di 39,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 28,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, artinya dunia usaha belum melakukan ekspansi. Masih kontraksi.
Walaupun membaik, tetapi PMI manufaktur Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Ini menjadi bukti bahwa laju pemulihan industri manufaktur di Tanah Air ternyata berjalan lambat.
Padahal industri manufaktur adalah penyumbang utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada kuartal I-2020, sektor ini berkontribusi nyaris 20%.
Jadi kala sektor utama penyumbang PDB masih saja terkontraksi, maka prospek pertumbuhan ekonomi domestik menjadi suram. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada kuartal II-2020.
Prospek ekonomi Indonesia yang suram ini tambah runyam kala melihat data penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 1 Juni 2020 adalah 57.770 orang. Bertambah 1.385 orang (2,46%) dibandingkan hari sebelumnya.
Secara nominal, penambahan 1.385 orang adalah yang tertinggi sejak 27 Juni. Sedangkan secara persentase, 2,46% menjadi laju tercepat juga sejak 27 Juni.
Penyebaran virus corona yang masih mengkhawatirkan ini membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi. Keran aktivitas publik masih dibuka, tetapi belum ada penambahan. Restoran, mal, dan tempat-tempat umum boleh beroperasi dengan kapasitas maksimal 50%, belum bisa lebih.
Berbagai sentimen ini membuat rupiah jadi sulit menguat. Bahkan kabar positif seputar perkembangan uji coba vaksin corona pun tidak bisa mendongkrak rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA