
Saat Presiden Jokowi 'Declare' RI Krisis Ekonomi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi situasi krisis. Bukan hanya krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, melainkan juga krisis ekonomi dari dampak penyebaran Covid yang membuat aktivitas ekonomi lumpuh total.
Wabah Covid-19 memang sudah membuat ekonomi dunia tak berdaya. Kontraksi kian parah terjadi, dan bahkan menurut Bank Dunia (World Bank), situasi ini menjadi yang paling parah sejak perang dunia ke II. Aktivitas ekonomi menyusut drastis hingga 7%, pasar ekonomi negara berkembang pun menyusut 2,5%.
Ini merupakan kali pertama ekonomi negara berkembang terkontraksi sejak 60 tahun lalu. Pukulan dari Covid-19 menghantam negara-negara di mana negara yang terkena dampak pandemi paling parah yang bergantung besar pada perdagangan global, pariwisata, ekspor komoditas, dan pembiayaan eksternal.
Bagaimana dengan Indonesia? Ekonomi Indonesia jauh dari kata immune. Pukulan ganda yang datang dari luar maupun dalam juga dirasakan oleh ekonomi Indonesia. Situasi ini telah terlihat dari kecemasan dan kepanikan global yang membuat aset-aset keuangan domestik mulai dari saham, nilai tukar, hingga obligasi 'dibuang' investor.
![]() |
Aktivitas ekonomi pun mati suri karena pergerakan manusia, barang dan modal terhambat dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kegiatan ekspor impor terhenti, pengangguran melonjak, daya beli masyarakat pun tergerus. Situasi ini membuat alarm merah menyala.
Kondisi ini yang pada akhirnya membuat sang presiden murka dalam sidang kabinet paripurna. Pasalnya, dalam situasi seperti ini, jajarannya justru masih bekerja secara normal, seperti tidak terjadi apa-apa. Jokowi jengkel, jajarannya seperti tidak bisa mengendus ada ancaman berbahaya bagi perekonomian Indonesia.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!," tegas Jokowi dengan nada tinggi.
Jokowi cukup geram dengan sikap para pembantunya yang tidak sigap dalam menangani krisis. Pasalnya, apa yang dilakukan jajarannya sampai saat ini tidak membawa dampak yang signifikan terhadap masyarakat yang harus berhadapan dengan pandemi Covid-190.
"Tindakan-tindakan kita, keputusan kita, kebijakan kita, suasananya harus suasana krisis. Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?," kata Jokowi.
"Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini [harus] extra ordinary. Saya harus ngomong apa adanya. Enggak ada progress yang signifikan, enggak ada," lanjutnya.
Jokowi, bahkan sampai mengancam akan melakukan reshuffle karena sudah tidak tahan dengan situasi sekarang. Bukan hanya merombak menteri tak kredibel, lembaga pun terancam dibubarkan bila memang tidak bisa bekerja cepat dalam situasi seperti ini.
"Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," lanjut Jokowi.
Ekonom Senior Mirza Adityaswara saat berbincang dengan CNBC Indonesia menceritakan bagaimana fakta ekonomi Indonesia. Harus diakui, kondisi ekonomi Indonesia bagaikan film horor, mengerikan!
"Situasi memang tidak normal. Pertama, PDB [diproyeksikan] pertumbuhannya minus. Utang juga membengkak 30% PDB menjadi lebih dari 35%. Selain itu keempat dan kelima pun terlihat kemiskinan dan pengangguran yang meningkat," kata Mirza
"Selain itu situasi kurs dan yield SBN serta likuiditas beberapa bank masih rentan dan memburuk kembali jika ada second wave penularan Covid-19," terangnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Wacana (Lagi) Soal Masa Jabatan Presiden 3 Periode