Trader Saham AS Bunuh Diri & Kasus Serupa di RI

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
22 June 2020 12:21
wall street
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kematian Alex Kearns, seorang trader saham di Ilinois Amerika Serikat (AS) karena bunuh diri, menjadi perhatian. Kisah kematian para investor saham ini tak hanya terjadi di AS saja, dibelahan dunia lain termasuk di Indonesia. 

Pemicu bunuh diri trader berumur 20 tahun itu diduga karena rekening saham milikinya bersaldo negatif sebesar US$ 730.165 atau sebesar Rp 10,22 miliar (kurs Rp 14.000).

Kematian Alex terungkap saat ada pesan di kertas lengket kuning kecil yang ditinggalkan Alex di pintu kamarnya. Pesan itu berisi permintaan untuk menyalakan laptop.

Ayah Alex, Daniel Kearns menyalakan laptop putranya di rumah di Naperville, Ilinois. Dalam hitungan detik, sebuah surat empat paragraf muncul di layar."Jika Anda membaca ini, maka saya sudah mati," catatan itu dimulai, seperti dikutip dari CNBC Internasional.

Itu kurang dari 24 jam setelah Alex memeriksa akunnya di aplikasi perdagangan yang sangat populer, Robinhood. Dalam catatannya, Alex berpikir memiliki saldo minus US$ 730.165 atau sebesar Rp 10,22 miliar (kurs Rp 14.000). Tetapi Alex mungkin telah salah memahami laporan keuangan tersebut bahwa dia memiliki utang sebesar tersebar, menurut seorang kerabat.

"Dia pikir dia terekspos, dia berpikir bahwa mengakhiri hidupnya akan melindungi keluarganya dari utang tersebut," ujar Bill Brewster, sepupunya dan seorang analis di Sullimar Capital, mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara telepon. "Dia naik sepeda dan tidak pernah pulang."

Tubuh Alex ditemukan pada hari Jumat, ujar Kepala Pemadam Kebakaran Plainfield Illinois, Jon Stratton. Alex, mahasiswa tingkat dua Jurusan Manajemen di Universitas Nebraska di Lincoln, sedang mempelajari manajemen dan memiliki minat yang semakin besar di pasar keuangan.

Robinhood, aplikasi perdagangan gratis yang Alex gunakan telah populer bagi investor pemula untuk masuk ke pasar saham. Pengguna aplikasi ini telah tumbuh dari 1 juta pengguna pada 2016, menjadi 10 juta pada awal tahun ini, dengan pengikut setia di media sosial.

Pada forum Wall Street Bets, salah satu forum di Reddit, traders sering bercanda tentang kerugian besar pada Robinhood ataupun memposting tangkapan layar dari cuan yang diraih.

Bunuh diri adalah hasil dari kontribusi berbagai faktor, dan bukan hasil dari satu peristiwa. Namun, tragedi itu mengingatkan akan risiko, dan potensi kerugian besar, yang bisa datang dengan instrumen perdagangan yang rumit seperti options.

Kisah tragis berupa kematian karena bunuh di industri pasar modal memang bukan cerita baru. Salah satu cerita melegenda tentang kematian investor pasar modal adalah kematian tragis, Jesse Lauriston Livermore.

Jesse Lauriston Livermore hidup dalam kurun waktu 1877-1940. Dia terkenal sebagai salah satu legenda pasar saham dan mendapat julukan 'Raja Spekulator' (Speculator King) serta 'great bear of Wall Street'. 

Julukan itu disematkan ke Jesse karena meraup keuntungan yang sangat besar saat pasar Wall Street bearish dalam crash yang terjadi tahun 1907 dan 1929.

Jesse lahir di Massachusetts, dikenal sebagai trader misterius ini mulai mengenal pasar saham di usia 14 tahun ketika ia melarikan diri dari rumah dengan hanya berbekal US$ 5. Ia kemudian bekerja sebagai operator merangkap kurir pada broker saham Paine Webber di Boston.

Ia sering menang taruhan dalam menebak naik turunnya harga saham-saham blue chip hingga seorang teman mempercayainya untuk mengelola sejumlah dana di pasar saham.

Pada usia 15 tahun ia telah meraup keuntungan bersih US$ 1,000 (atau setara dengan US$ 23,000 sekarang) dan setelah terus menerus memperoleh keuntungan, beberapa tahun kemudian Livermore pindah ke New York City untuk serius trading dengan modalnya sendiri di salah satu broker di Wall Street. Disinilah ia menemukan cara-cara trading yang efektif di pasar saham seperti yang ditulis dalam bukunya 'How to Trade in Stocks'.

Meskipun sempat menikmati banyak sukses di pasar saham, tapi Jesse juga berulang kali mengalami kerugian dalam jumlah besar. Tahun 1912, dinyatakan bangkrut karena tidak bisa membayar utangnya yang sebesar US$ 1 juta.

Namun tahun 1918, ia kembali menjadi orang kaya melalui trading saham. Berlanjut hingga market crash di tahun 1929. Ia mengulang strategi pada saat market crash 1907, dan mendulang keuntungan US$ 100 juta (senilai US$ 10 miliar saat ini).

Seperti cara trading-nya yang misterius, gaya hidup pribadi Jesse Livermore yang 3 kali menikah dan cenderung mewah itu juga penuh misteri. Dengan tanpa alasan yang jelas Livermore bunuh diri di sebuah hotel di Manhattan dengan meninggalkan US$ 5 juta pada tahun 1940.

Ia mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya. Ironisnya, ia meninggalkan Harriett, istri ketiganya yang sebelumnya sudah pernah menikah empat kali dan semua suaminya mati bunuh diri.

Lalu apakah kisah kematian investor pasar saham pernah terjadi di Indonesia? Tentu saja pernah dan ada beberapa nama yang tercatat dan diberitakan meninggal bunuh diri karena investasi saham. 

Nama-nama investor yang menjadi sempat diberitakan bunuh diri, yaitu Sudiro Andi Wiguno (35 tahun), Marimutu Manimaren (46 tahun), Afwan Surya Hendra (34 tahun), Yulianus Indrayana (35 tahun). 

Pada 2013, kabar kematian Sudiro Andi Wiguno ramai diberitakan.  Pria kelahiran 28 Februari 1978 itu adalah orang nomor satu di PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK), yang jabatan resminya sebagai direktur utama.

Penyebab bunuh dirinya masih diselidiki polisi. Banyak orang terkejut dengan bunuh diri yang dilakukan Sudiro karena ia dikenal sebagai orang yang penuh semangat dan selalu mencari solusi dalam setiap permasalahan yang muncul di perusahaan.

Namun memang perjalanan perusahaan yang dipimpin Sudiro ini tidak mulus karena beberapa kali mengalami masalah. Mulai dari wanprestasi karena gagal memenuhi kontrak bisnis dengan perusahaan batubara Rusia. Kemudian juga mengalami wanprestasi dengan perusahaan trading dari Swiss.

Terakhir gugatan pailit yang masih berlangsung di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat karena anak perusahaannya tidak mampu membayar utang yang dijaminkan Bank Internasional Indonesia.

Sudiro meninggalkan 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Anak tertuanya baru kelas 6 SD.

Kasus lain yang ramai pada 2009 saat kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas mencuat. Kepala Cabang Sarijaya Sudirman Jakarta bernama Afwan Surya Hendra ditemukan gantung diri di garasi mobil rumahnya.

Saat bunuh diri pada 3 Maret 2009, usia Afwan baru 34 tahun dan ia meninggalkan seorang anak dan istri yang sedang hamil.

Bunuh diri Afwan diduga terkait dengan kondisi perusahaannya yang tidak sehat. Bursa Efek Indonesia membekukan kegiatan operasi perusahaan karena kasus penggelapan nasabah yang dilakukan Komisaris Utama Sarijaya Herman Ramli senilai Rp 245 miliar. Sarijaya kini sudah tutup.

Jauh sebelumnya, pada 2003 kematian bunuh diri Bos PT Texmaco Marimutu Manimaren di usia 46 tahun juga ramai diberitakan. Manimaren tewas bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 56 Hotel Aston di Jalan Garnizun, kawasan Semanggi, Jakarta pada 5 Agustus 2003.

Sebelum bunuh diri, Manimaren memang tengah kesulitan menghadapi masalah di perusahaannya. PT Texmaco menjalani restrukturisasi utang senilai US$ 2,7 miliar di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Texmaco juga dililit utang yang maha besar dan kesulitan membayarnya dengan para kreditor asing seperti Marubeni Jepang senilai kurang lebih US 1,7 miliar. Pria kelahiran Medan tahun 1957 ini meninggalkan seorang istri dan dua anak.

Kasus keempat, juga terjadi pada 2003 juga adalah kasus bunuh diri Wakil Direktur PT Jasabanda Garta Yulianus Indrayana pada 4 April 2003. Broker saham itu dilaporkan tewas dengan cara meminum racun serangga di Kamar Hotel Ibis Slipi, Jakarta Barat.

Sebelum meninggal, Yulianus (35 tahun) memang sedang terbelit kasus penggorengan saham (cornering) di lantai bursa yang mengakibatkan gagal bayar dalam transaksi saham PT Dharma Samudera Fishing Industry Tbk (DSFI) senilai total Rp 65 miliar. Yulianus diduga sebagai salah satu pelaku utamanya.

DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri. Misalnya Tim Pijar Psikologi melalui https://pijarpsikologi.org/konsulgratis

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular