Morgan Stanley Naikkan Peringkat Aset RI, Harga Obligasi Naik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2020 19:48
Business adviser analyzing financial figures denoting the progress in the work of the company.
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi Indonesia melesat di pekan ini, yang tercermin dari penurunan yield-nya. Banyak sentimen positif yang mempengaruhi penguatan harga obligasi, salah satunya rilis dari bank investasi ternama Morgan Stanley.

Berdasarkan data Refinitiv, harga Surat Utang Negara (SUN) empat seri acuan tiga mengalami penguatan menguat. Yield seri FR0081 bertenor 5 tahun turun 15 basis poin (bps) menjadi 6,697, seri FR0082 bertenor 10 tahun turun 5,9 bps ke 7,185%, seri FR0080 bertenor 15 tahun turun 1,9 bps ke 7,685%, sementara seri FR0083 bertenor 20 tahun naik 1,8 bps menjadi 7,7%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Morgan Stanley yang menaikkan peringkat aset-aset Indonesia dari underweight menjadi overweight menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri.

Rekomendasi overweight diartikan bahwa aset-aset tersebut akan mengalami kenaikan yang bisa melebihi instrumen atau aset lain yang menjadi patokannya.

"Kami menaikkan Indonesia dan Yunani menjadi overweight bersama dengan pasar lainnya seperti China, Rusia, India, Brasil, dan Singapura. Namun kami masih underweight untuk Arab Saudi, Meksiko, dan Thailand. Indonesia menawarkan suku bunga riil ketiga tertinggi di antara negara-negara berkembang," tulis Morgan Stanley, dalam risetnya, dilansir Rabu (17/6/2020).

Bukan tanpa alasan Morgan Stanley memberi apresiasi terhadap Indonesia. Morgan Stanley menilai ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dari 'badai' pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Menurut Morgan Stanley, Indonesia sudah bisa mencapai level pertumbuhan ekonomi pra-corona pada kuartal I-2020. Lebih cepat ketimbang negara-negara tetangga seperti Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya di pekan ini.

Gubernur BI, Perry Warjiyo pada hari Kamis mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4,25% atau turun 25 basis poin (bps) dari sebelumnya.

Perry bersama dengan Dewan Gubernur lainnya memandang kebijakan untuk menurunkan bunga acuan 25 bps tersebut sejalan dan konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian di era Covid-19 ini.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 17-18 Juni 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi pada era Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam keterangan pers usai RDG BI edisi Juni 2020, Kamis (18/6/2020).

Tidak hanya itu, BI juga membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga ke depannya. Ini karena tekanan inflasi domestik yang rendah, tekanan eksternal yang mereda, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Dengan diturunkannya suku bunga tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia yang sedang merosot. Penurunan suku bunga BI diharapkan akan turut menurunkan suku bunga kredit.

Suku bunga kredit yang lebih rendah tentunya akan menarik bagi dunia usaha maupun rumah tangga untuk mengambil pinjaman, sehingga roda perekonomian kembali berputar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Daya Tarik Pasar SBN di Tengah Sentimen Virus Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular