Analisis Teknikal

Waspada! Sesi I IHSG Rawan Koreksi, Ini Tanda-tandanya

Tri Putra, CNBC Indonesia
19 June 2020 12:36
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama dengan penguatan sebesar 0,26% atau 12,9 poin ke level 4.938,177, seiring dengan naiknya harga minyak mentah dunia.

Harga minyak acuan global Brent menguat ke atas US$ 40/barel dipicu janji produsen minyak yang tergabung di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) plus Rusia untuk memangkas produksi demi menopang harga.

OPEC+ sepakat untuk memperpanjang periode pemangkasan output (produksi) sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) atau setara dengan 10% output global hingga bulan Juli.

Akan tetapi kenaikan sesi I agak rentan koreksi, karena IHSG sempat dibuka naik 0,83% pada awal perdagangan. Pemodal terlihat masih ragu untuk merespon penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) oleh Bank Indoneia (BI) menjadi 4,25%.

Pada sesi 2, indeks bursa nasional tersebut masih berpeluang terkoreksi. Hari ini tidak ada agenda ekonomi penting yang bakal mempengaruhi psikologi pasar secara signifikan.

Analisis Teknikal

Secara teknikal, IHSG mulai mendekati area batas bawah Bollinger Band (BB), jika menggunakan metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support) jam-jaman (hourly).

Untuk melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya, IHSG perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 4.959. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.931.

Indikator Moving Average (MA) jangka pendek sudah berpotongan turun dengan MA jangka panjangnya sehingga muncul pola death cross yang mengindikasikan akan adanya koreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) masih berada di bawah area 49 setelah kemarin IHSG terkoreksi, angka ini belum menunjukkan jenuh beli (overbought) ataupun jenuh jual (oversold).

RSI adalah indikator momentum yang membandingkan besaran kenaikan versus penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu. Di atas level 70-80 menunjukkan kondisi jenuh beli, sedangkan di bawah level 30-20 menunjukkan jenuh jual.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator Moving Average (MA) dengan munculnya death cross, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk terjadi koreksi.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular