
Saat Ekonomi Bangkit dari Corona, Pariwisata Masih Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian secara umum mungkin bisa mulai pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) pada kuartal III-2020. Namun salah satu sektor yang diperkirakan 'terlambat panas' alias pulih belakangan adalah pariwisata.
Mengutip paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6/2020), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diperkirakan berada di kisaran -0,4 hingga 2,3%. Dari sisi sektoral, lapangan usaha yang paling tertekan adalah penyediaan akomodasi dan makan-minum.
![]() |
Secara umum ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 diperkirakan bisa kembali tumbuh ke level sebelum pandemi corona. Proses pemulihan akan membentuk pola V-Shaped.
Namun untuk sektor pariwisata, sepertinya butuh waktu lebih lama. Menurut kajian Bappenas, berbagai indikator pariwisata belum bisa kembali ke level sebelum pandemi sampai akhir 2021.
Misalnya devisa pariwisata yang pada 2019 mencapai US$ 19,7 miliar, pada 2021 diperkirakan masih berada di kisaran US$ 4,8-8,5 miliar. Sepertinya baru pada 2024 devisa pariwisata bisa pulih melampaui level sebelum pandemi.
![]() |
Oleh karena itu, proses pemulihan sektor pariwisata sepertinya tidak akan berbentuk V-Shaped. Kemungkinan akan lebih ke arah U-Shaped cenderung L-Shaped.
"Pandemi Covid-19 memaksa pemberlakuan kebijakan pembatasan mobilitas melalui bandara dan pelabuhan yang menyebabkan penurunan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatasan mancanegara (wisman). Dampaknya untuk sektor pariwisata pada April 2020 adalah jumlah kunjungan wisman anjok 87,44% (yoy) dengan penurunan terjadi di semua pintu masuk (sekitar 99% atau lebih), tingkat hunian kamar tinggal 12,67%, restoran sebagian besar tutup, dan destinasi pariwisata ditutup sementara," tulis paparan Menteri PPN.
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Warga China Dilarang Masuk, Pariwisata RI Bisa Tertekan