
Bunga Acuan BI Turun Tak Tolong IHSG, Malah Anjlok 1,25%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (18/6/20) ditutup anjlok 1,25% ke level 4.925,24. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga nampaknya tidak mampu membendung ketakutan pasar terhadap potensi gelombang kedua pandemi corona.
Anjloknya dalamnya IHSG pada akhir perdagangan yang secara tiba-tiba ini dimotori oleh saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menjadi pendorong utama penurunan IHSG hari ini. BBCA terkoreksi 2,36% ke harga 27,925% yang menyebabkan IHSG terkoreksi 12,2 poin.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih tipis sebanyak Rp 26 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,3 triliun.Saham yang paling banyak dibeli asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 239 miliar.
Tercatat 175 saham harganya naik, 243 saham harganya terkoreksi, dan 154 harganya tidak berubah.
Sedangkan bursa di kawasan Asia terpantau mayoritas bervariatif, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong ambles sebesar 0,07%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,45%, sedangkan STI Singapore naik 0,10%.
Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hai ini memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI Seven Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 4,5% ke level 4,25% sesuai dengan konsensus yang dihimpun oeh CNBC Indonesia.
Dengan penurunan suku bunga ini tentu menjadi stimulus positif tersendiri bagi pasar modal domestik, karena dengan turunnya suka bunga ini akan menyebabkan jumlah uang beredar meningkat dan tentunya akan meningkatkan dana yang masuk ke pasar modal pula.
Akan tetapi nampaknya pasar seolah menutup mata terhadap kebijakan tersebut dan lebih berfokus terhadap risiko penyebaran kembali virus corona (strain terbaru) setelah Beijing menyatakan sekolah libur menyusul kenaikan lagi jumlah penderta Covid-19. Di AS, 2,1 juta penderita Covid-19 telah teridentifikasi dengan Arizona dan Texas melaporkan kenaikan kasus.
Di tengah kondisi demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati soal informasi bahwa dexamethasone bisa menjadi penyembuh Covid-19.
Direktur Eksekutif WHO Mike Ryan mengatakan bahwa hasil uji Universitas Oxford mengenai efektivitas peyembuhan Covid-19 dengan obat tersebut merupakan temuan dari satu studi saja. "Kita harus melihat data yang riil, data yang menyeluruh," tuturnya sebagaimana dikutip CNBC International.
Sementara itu dari Benua Kuning, tensi antara Korea Utara dan Korea Selatan sedang memanas setelah Korea Utara menghancurkan kantor penghubung antara kedua negara di Kaesong pada Selasa (16/6/2020)
Korea Selatan membalas melalui peringatan dari Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan (NSC) bahwa pihak mereka akan merespons keras jika Korea Utara terus memperburuk keadaan.
Hal serupa terjadi diantara China dan India setelah 20 tentara India tewas dalam sebuah bentrokan dengan militer China di Ladakh, wilayah Kashmir yang menjadi sengketa. Militer India semula mengatakan, tiga tentaranya tewas dalam bentrokan tersebut. Namun, para perwira India belakangan menyebutkan, sejumlah serdadu yang cedera telah meninggal akibat luka-luka yang mereka derita.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000