Bunga Riil Tinggi, Aset RI Lebih Menarik dari Negara Lain?

Haryanto, CNBC Indonesia
18 June 2020 14:42
The corporate logo of financial firm Morgan Stanley is pictured on the company's world headquarters in the Manhattan borough of New York City, January 20, 2015. REUTERS/Mike Segar
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley, bank investasi terkemuka asal Amerika Serikat (AS), dalam laporan terbarunya menaikkan peringkat aset-aset Indonesia dari underweight menjadi overweight karena memberikan suku bunga riil yang tinggi.

Overweight adalah rekomendasi yang berarti memperkirakan aset-aset investasi di negara tersebut bakal mengalami kenaikan yang bisa melebihi aset lain yang menjadi patokannya.

"Kami menaikkan Indonesia dan Yunani menjadi overweight bersama dengan pasar lainnya seperti China, Rusia, India, Brasil, dan Singapura. Namun kami masih underweight untuk Arab Saudi, Meksiko, dan Thailand. Indonesia menawarkan suku bunga riil ketiga tertinggi di antara negara-negara berkembang," sebut riset itu.

Suku bunga riil adalah suku bunga nominal dikurangi dengan inflasi. Misalnya inflasi yang diantisipasi adalah sebesar 3% dan suku bunga nominal berada pada 4,5%, maka suku bunga riil sebenarnya yaitu 4,5% - 3% atau sebesar 1,5%.

Dari data di atas, suku bunga riil yang paling tinggi adalah Malaysia, sedangkan yang paling rendah yaitu Afrika Selatan. Sementara suku bunga rill Indonesia berada di level 2,31%.

Selain itu, salah satu cara melihat ekspektasi inflasi di dalam suku bunga nominal adalah dengan menggunakan yield curve.

Yield Curve merupakan hubungan antara pendapatan atau suku bunga (rate of return) dengan jangka waktu (term of maturity). Pada dasarnya bentuk yield curve memiliki keterkaitan dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter.

Yield curve adalah kurva yang menggambarkan yield atau imbal hasil dari satu atau lebih obligasi-obligasi untuk periode jatuh tempo yang berbeda-berbeda.

Pasar obligasi

Khusus di pasar obligasi, mengacu data di atas tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun di level 7,18% merupakan yang tertinggi kedua setelah Afrika Selatan dengan yield 9,34%, dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Kembali lagi ke suku bunga, secara konvensional, transmisi kebijakan moneter terjadi dari suku bunga jangka pendek yang dikendalikan bank sentral ke suku bunga jangka panjang. Suku bunga jangka panjang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan.

Bukan tanpa alasan Morgan Stanley memberi apresiasi terhadap Indonesia. Morgan Stanley menilai bahwa ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dari 'badai' pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Menurut Morgan Stanley, Indonesia sudah bisa mencapai level pertumbuhan ekonomi pra-corona pada kuartal I-2020. Lebih cepat ketimbang negara-negara tetangga seperti Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Hal ini terlihat dari tingkat inflasi Indonesia yang masih terjaga di kisaran 3% plus minus 1%, yang saat ini berada di level 2,19%. Inflasi yang tetap terjaga juga karena dukungan dan kebijakan yang dilakukan oleh BI, Pemerintah serta otoritas atau lembaga terkait, guna menangani pandemi virus corona.

Inflasi adalah kondisi di mana harga barang tinggi secara terus menerus dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, rendahnya tingkat inflasi mampu mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Hal ini jugalah yang mendasari Morgan Stanley mengatakan ekonomi Tanah Air bisa pulih lebih cepat daripada negara-negara berkembang lainnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley Naikkan Peringkat Aset RI, Harga Obligasi Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular