
Rupiah Menguat Sih, Tapi Kayaknya Perjalanan Bakal Berat...

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menantikan hasil rapat bulanan Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%.
Namun dengan volatilitas pasar yang kembali meninggi akibat kecemasan terhadap second wave outbreak virus corona, rupiah akhir-akhir ini cenderung melemah. Dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 0,75% di hadapan dolar AS.
Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) boleh menipis. Inflasi mungkin juga 'jinak'. Cadangan devisa pun terus menggemuk. Namun kalau rupiah belum sama betul, risiko pelemahan masih ada, maka BI bisa jadi bakal gamang dalam menurunkan suku bunga acuan.
"BI sepertinya memprioritaskan stabilitas nilai tukar. Oleh karena itu, pelonggaran kebijakan moneter kemungkinan belum terjadi dalam waktu dekat karena ketidakpastian di pasar masih sangat tinggi," sebut riset Barclays.
So, rasanya belum tentu BI akan bertindak sesuai ekspektasi pasar. Ada peluang BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 4,5% mengingat tingginya risiko yang dihadapi rupiah.
Sambil menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, bisa jadi pelaku pasar akan memilih wait and see. Kala investor bermain aman, maka penguatan rupiah menjadi penuh tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
