
Efek Morgan Stanley! Rupiah, Saham & Obligasi Semringah

Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Rabu kemarin (17/6/2020) juga menguat terdorong oleh tingginya tingkat yield atau imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan negara lainnya.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 25 tahun danFR0083 bertenor 20.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 5,60 basis poin (bps) menjadi 7,184%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 17 Juni'20
Seri | Jatuh tempo | Yield 16 Juni'20 (%) | Yield 17 Juni'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 17 Juni'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.859 | 6.805 | -5.40 | 6.6954 |
FR0082 | 10 tahun | 7.24 | 7.184 | -5.60 | 7.1220 |
FR0080 | 15 tahun | 7.747 | 7.725 | -2.20 | 7.6143 |
FR0083 | 20 tahun | 7.722 | 7.722 | 0.00 | 7.6212 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan SBN juga didorong sentimen dari Bank investasi global asal AS Morgan Stanley menaikkan peringkat aset-aset Indonesia dari underweight menjadi overweight.
Selain sentimen Morgan Stanley, kabar seputar vaksin virus corona juga menjadi pendorong untuk permintaan SBN ke depannya. Hal ini disinyalir dengan penemuan vaksin Covid-19, maka kekhawatiran akan pandemi virus corona dapat teredam, sehingga seluruh aktivitas bisnis bisa beroperasi kembali secara normal dan mampu menggerakkan roda perekonomian dunia termasuk Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]