Corona di Beijing Bikin Dolar Australia Turun ke Rp 9.616

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2020 13:53
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada pertengahan perdagangan Rabu (17/6/2020).
Pada pukul 12:35 WIB, AU$1 setara Rp 9.616,6, dolar Australia melemah 0,46% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali menyebar di China membuat dolar Australia tertekan.


Maklum saja, China merupakan mitra dagang utama Australia, seandainya Negeri Tiongkok kembali menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) maka roda perekonomian akan kembali melambat, dan permintaan komoditas dari Australia akan menurun. Alhasil perekonomian Australia juga ikut terpukul.


Di sisi lain, data ekonomi terbaru dari Australia justru terbilang mengejutkan, lebih bagus dari prediksi para ekonom.


Pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 menunjukkan kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ).


Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.


Penjualan ritel bulan April dilaporkan merosot 17,7%, sedikit lebih baik dari prediksi 17,9%. Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.


Serangkaian data tersebut memberikan kemungkinan kemerosotan ekonomi Australia tidak akan seburuk yang diperkirakan, dan lockdown yang sudah dilonggarkan bisa segera membangkitkan perekonomian Negeri Kanguru.

Sementara itu, China kini kembali menghadapi gelombang kedua penyebaran Covid-19 setelah sebelumnya sudah sukses diredam. Jika sebelumnya kota Wuhan, asal virus corona, menjadi pusat penyebaran, kini Beijing mencatat jumlah kasus terbanyak.


Kluster baru penyebaran virus corona diduga berasal dari sebuah pasar tradisional, Xinfadi, yang juga pasar terbesar di ibukota China tersebut.


Sejak pertama kali ditemukan pasien positif pada Jumat (12/6/2020) lalu, jumlah kasus positif di Beijing kini mencapai 106 orang. Akibat penyebaran baru tersebut, Perdana Menteri China Sun Chunlan mendesak para pejabat untuk mengambil langkah-langkah tegas.


"Infeksi kluster yang terkait erat dengan Pasar Xinfadi, yang padat penduduk dan sangat mobile, memiliki risiko penyebaran yang sangat tinggi," katanya lagi jelas Sun Chunlan pada sebuah pertemuan sebagaimana ditulis Global Times, dikutip Senin (15/6/2020).


"Pasar Xinfadi dan daerah sekitarnya harus dijadikan prioritas dalam melakukan investigasi epidemiologi dan melakukan penelusuran sumber yang mendalam dan komprehensif."


Ia juga menjelaskan bahwa wabah Covid-19 Beijing telah meluas ke tiga provinsi. Ketiga provinsi yang telah melaporkan kasus Covid-19 dan diduga terhubung ke Beijing adalah Liaoning di China Timur Laut, Hebei di China Utara, dan Sichuan di China Barat Daya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular