
Sempat Kena PHP, Akhirnya IHGS Terkapar di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan (15/6/20) ditutup turun 1,31% ke level 4.816,33 setelah investor merespons buruknya data neraca dagang Indonesia pada Mei 2020.
Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 565 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 8 triliun.
Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 205 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell sebesar 134 miliar.
Sementara bursa di kawasan Asia juga terpantau mayoritas merah, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong turun sebesar 2,16%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 3,47%, sedangkan STI Singapore juga terkoreksi 2,68%.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Data ekspor pada Mei 2020 menunjukkan angka yang kurang menggembirakan. Nilai ekspor pada periode tersebut mencapai US$ 10,53 miliar atau turun 28,95% dari Mei 2019. Penyebabnya ekspor migas turun 42,74% dan ekspor non migas turun 27,81%.
Sementara data impor per Mei 2020 mencatatkan nilai yang lebih dalam. Nilai impor mencapai US$ 8,44 miliar. Nilai impor ini anjlok hingga 42,20%
Berdasarkan data tersebut, maka neraca dagang Indonesia per Mei 2020 menunjukkan surplus US$ 2,09 miliar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor bakal minus 19,01%, sedangkan impor turun lebih dalam yaitu -24,55%. Dus, neraca perdagangan diproyeksi surplus US$ 405,85 juta.
Surplus perdagangan biasanya merupakan hal yang positif, karena menunjukkan devisa yang mengalir keluar untuk mengimpor terhitung lebih rendah dari devisa hasil ekspor pada periode yang sama. Namun untuk kasus Indonesia, surplus di tengah koreksi impor merupakan kabar yang negatif, karena mengindikasikan lesunya aktivitas bisnis di dalam negeri.
Penurunan IHSG hari ini terlepas dari datangnya sentimen positif dari Negeri Paman Sam alias Wall Street yang berakhir menguat pada penutupan Jumat (12/6/2020), setelah sehari sebelumnya merah membara akibat meningkatnya kasus Covid-19 di sejumlah negara dan proyeksi suram ekonomi Amerika Serikat (AS).
Dow Jones Industrial Average berakhir dengan penguatan 475 poin atau naik 1,9% ke 25.605,54. Sementara itu, S&P 500 naik 1,3% ke 3.041,31 sedangkan Nasdaq naik 1% ke 9.588.81.
Kontrak berjangka Dow Futures terpantau merah membara, anjlok 2,81%.
Koreksi terbesar terjadi pada Kamis yang merupakan koreksi terburuk sejak 16 Maret 2020 tatkala pasar saham terjun akibat pengumuman lockdown guna mengendalikan Covid-19.
"Dengan koreksi pasar baru-baru ini, kita lagi-lagi lebih nyaman dengan mengambil pandangan positif - karena posisi di bursa saham tidak naik secara signifikan dan risiko China terlihat mulai menurun," tutur Perencana Derivatif & Kuantitatif Global JPMorgan Marko Kolanovic, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.
Pasar kembali bergairah setelah Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam wawancara dengan CNBC International menegaskan bahwa pihaknya tak bisa kembali membekukan aktivitas perekonomian, sehingga pasar berekspektasi bahwa ekonomi bakal terus bergulir meski dibayangi pandemi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham