
Corona 'Gentayangan' Lagi di China, Rupiah Tetap Perkasa!

Akan tetapi, rupiah patut hati-hati karena sentimen negatif belum berhenti datang. Utamanya karena kekhawatiran akan pandemi virus corona.
Sempat jinak di China, virus corona kembali menyerang. Puluhan kasus baru tercatat di Beijing, kluster penyebaran diduga berasal dari sebuah pasar tradisional.
Kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu adalah 84.729 orang. Bertambah 58 orang dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menjadi penambahan harian tertinggi sejak 17 April.
Di AS, kecemasan yang sama juga terjadi. US Centers of Disease Control and Prevention melaporkan, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 13 Juni adalah 2.038.344 orang. Bertambah 22.317 orang dibandingkan posisi hari sebelumnya dan merupakan kenaikan harian tertinggi sejak 7 Juni.
Oleh karena itu, ketakutan terhadap gelombang serangan kedua (second wave outbreak) datang lagi. Kekhawatiran ini beralasan mengingat aktivitas masyarakat di berbagai negara mulai diperbolehkan, sesuatu yang menimbulkan risiko penyebaran virus.
Akan tetapi, sepertinya kekhawatiran ini tidak akan bertahan lama. Sebab tidak seperti flu Spanyol, pandemi virus corona terjadi pada masa damai. Segala upaya bisa dikerahkan untuk meredam penyebaran virus, sesuatu yang sulit terjadi kala pagebluk flu Spanyol yang mewabah saat Perang Dunia I.
Selain itu, berbagai negara relatif sudah punya pengalaman untuk menangani virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Pengalaman yang akan sangat berguna untuk menghadapi masalah serupa.
"Kami memperkirakan second wave bahkan lebih terkendali ketimbang yang pertama, karena sekarang sudah ada pengalaman. Pelonggaran kebijakan juga membuat negara-negara di Asia punya pijakan yang lebih baik," sebut riset Morgan Stanley.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
