Kalau Emas Spot Tembus US$ 2.000, Emas Antam Bisa Rekor Gak?

Haryanto & Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
12 June 2020 08:05
Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed tetap dengan kebijakan (stance) dovish-nya alias sabar dan tidak berpikir menaikkan suku bunga untuk menyelamatkan perekonomian Negeri Paman Sam dari guncangan pandemi. Harga emas dunia pun terbang dibuatnya.

Rabu lalu (10/6/2020), komite pengambil kebijakan The Fed (FOMC) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (Federal Funds Rate) di kisaran saat ini 0-0,25%. The Fed akan menahan suku bunga ini untuk waktu yang agak lama hingga 2022.

"Kami tidak berpikir untuk menaikkan suku bunga. Kami bahkan tidak berpikir untuk berpikir menaikkan suku bunga" kata ketua The Fed Jerome Powell, melansir CNBC International. "Apa yang kami pikirkan adalah bagaimana caranya untuk mendukung perekonomian. Kami pikir ini akan membutuhkan waktu" tambahnya.

Merespons pernyataan The Fed, harga emas dunia di pasar spot menguat 1,27% pada Rabu. Meski pada perdagangan Kamis pagi kemarin harga emas cenderung flat, tetapi logam mulia tersebut kini masih berada di rentang tertingginya dalam lebih dari 7 tahun terakhir. Kamis (11/6/2020) pada 07.30 WIB 1 troy ons emas dibanderol US$ 1.735,61 atau melemah 0,04% dibanding posisi penutupan Rabu.

Sebelumnya, bank investasi global Goldman Sachs menilai harga emas bisa tembus US$ 1.800/troy ons dalam periode 12 bulan dan tingkat inflasi yang tinggi bisa mendorong harga emas tembus di atas US$ 2.000/troy ons.

Sebagai informasi harga emas dunia sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada September 2011 di level US$ 1.920/troy ons. Penguatan harga emas seiring dengan krisis ekonomi 2008 (kasus kebangkrutan Lehman Brotehrs) dan sejak saat itu harga emas terus melambung.

Mengacu pergerakan emas dari harga terendah sejak krisis 2008 yang berada di level US$ 681/troy ons pada Oktober 2008, emas telah naik 30,70% ke level tertinggi di bulan Desember 2008 pada US$ 890/troy ons.

Di semester pertama 2009, lagi-lagi harga emas menguat 13,03% ke level tertinggi di semester tersebut pada US$ 1.006 dari level tertinggi Desember 2008. Sementara di semester kedua 2009 emas melonjak 21,87% dari level tertinggi semester I 2009 menjadi US$ 1.226/troy ons.

Sejak saat itu, emas terus meroket. Sampai puncak 3 tahun kemudian di semester kedua 2011 yang berada di level US$ 1.920/troy ons dengan kenaikan yang sebesar 115,73% dari level terendah Oktober 2008.

Secara data historis yang ada, jika diambil rata-rata kenaikan per semester yang mencapai sekitar 15% dari tujuh semester selama kurun 3 tahun. Maka prediksi Goldmasn Sachs untuk harga emas tembus di level US$ 2.000/troy ons, kemungkinan akan terjadi di semester kedua 2020 atau kuartal keempat 2020.

Hal ini dihitung dengan menggunakan harga tertinggi di semester pertama saat ini yang berada di US$ 1.765/troy ons yang diraih pada bulan Mei 2020, lalu di tambahkan kenaikan 15% dengan asumsi kenaikan per semester dari kejadian 2008 silam. Maka ketika itu, harga emas akan mencapai US$ 2.030 di semester kedua atau di kuartal keempat 2020.

Sementara di kuartal kedua atau pertengahan semester kedua 2020, harga emas akan menguji level psikologis US$ 1.800 terlebih dahulu hingga US$ 1.900/troy ons. Jika hal ini dapat terpenuhi maka bukan tidak mungkin harga emas mencapai US$ 2.000/troy ons di kuartal IV-2020.

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

Kapan bisa tembus US$ 2.000/troy ons?

Secara pergerakan harga emas dengan menggunakan periode bulanan dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, emas bergerak menuju area resistance terkuat, dengan garis BB yang melebar, artinya pergerakan cenderung untuk naik lebih lanjut.

Sementara indikator Fibonacci Retracement yang menggunakan tren line atau garis tren, dengan level-level yang dijadikan sebagai area acuan atau referensi dalam menentukan area support dan resistance. Saat ini berada di antara area 61,8% dan 100% fibo, melalui penarikan garis dari harga tertinggi ke harga terendah baru.

Untuk melanjutkan penguatan emas perlu melewati level resistance psikologis di area US$ 1.800/troy ons terlebih dahulu sebelum menyentuh resistance terkuat berikutnya di US$ 1.920/troy ons yang menjadi harga tertinggi sepanjang masa pada September 2011.

Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati support yang berada di area US$ 1.600/troy ons yang sekaligus menjadi area 61,8% fibo hingga area US$ 1.492/troy ons atau area 50% fibo.

Sementara itu, indikator Stochastic yang digunakan sebagai area jenuh beli (overbought) di level 80 dan area jenuh jual (oversold) di level 20. Emas saat ini berada di area jenuh beli yang berpotensi untuk terkoreksi, namun selama garis Moving Average (MA) belum bergerak ke bawah dari area 80 harga masih cenderung menguat.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang semakin melebar dan mencoba untuk menyentuh level 100% fibo, maka pergerakan emas berpotensi untuk bullish atau naik lebih lanjut. Namun, indikator stochastic yang overbought berpeluang untuk terkoreksi.

Kendati demikian selama harga emas tidak melewati area support US$ 1.600/troy ons, pergerakan masih akan bullish.

Emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya. Jika emas dunia tembus US$ 2.000/troy ons atau per gram US$ 64,30/gram (1 troy ons: 31,1 gram), maka dengan asumsi kurs Rp 14.000, harga emas per gram Rp 900.00.

Emas Antam

Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Kamis kemarin (11/6/2020) naik 1,46% atau sebesar Rp 12.000 menjadi Rp 835.120/gram dari perdagangan Rabu di level Rp 823.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin, harga emas Antam naik 0,73% atau Rp 6.000 dari posisi harga Selasa yakni Rp 817.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik 1,46% berada di Rp 83,512 juta dari harga kemarin Rp 82,312 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam juga naik Rp 12.000 menjadi Rp 893.000/gram setelah naik Rp 6.000 ke Rp 881.000/gram pada hari Rabu.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam uga naik 1,95% atau Rp 15.000 ditetapkan pada Rp 784.000/gram, dari posisi kemarin Rp 769.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Virus Corona Mengganas, Begini Nasib Harga Emas Sepekan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular