
Mengintip Kinerja Q1-2020 BRPT, Induk dari Chandra Asri

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten milik taipan Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), membukukan rugi bersih pada kuartal I-2020 sebesar US$ 2,09 juta atau Rp 29 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari periode yang sama tahun lalu yang masih mencetak laba bersih US$ 5,62 juta atau Rp 79 miliar.
Rugi bersih induk usaha PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) ini terjadi setelah pendapatan perusahaan tergerus 10,10% menjadi US$ 610,60 juta atau setara dengan Rp 8,55 triliun, dari periode yang sama 2019 yakni US$ 679,24 juta atau Rp 9,51 triliun
Perusahaan masih mencatatkan beban penjualan, beban umum dan administrasi, beban keuangan yang meningkat pada 3 bulan pertama tahun ini di tengah pandemi Covid-19. Belum lagi ada selisih kurs penjabaran laporan keuangan yang merugi US$ 23,18 juta.
Dari sisi pendapatan, penurunan pendapatan terbesar terjadi di ekspor petrokmia dari US$ 137,70 juta ambles menjadi US$ 106,78 juta, kemudian penjualan petrokimia lokal juga turun menjadi US$ 368,78 juta dari sebelumnya US$ 411,45 juta. Sisanya pendapatan dari energi dan sumber daya, listrik, pendapatan sewa energi, uap, dan pendapatan sewa pembiayaan.
Sebelumnya, anak usahanya yakni Chandra Asri Petrochemical juga melaporkan kinerja yang turun. Bahkan perusahaan masih menderita rugi bersih pada 3 bulan pertama tahun ini sebesar US$ 17,84 juta atau setara dengan Rp 250 miliar dari periode yang sama tahun lalu yang justru laba bersih US$ 17,27 juta atau Rp 242 miliar.
Pendapatan TPIA juga minus menjadi sebesar US$ 476,83 juta atau Rp 6,68 triliun dari periode Maret 2019 yakni sebesar US$ 552,22 juta.
Direktur TPIA Suryandi, mengatakan kinerja kuartal pertama 2020 perseroan sebagian besar dibentuk oleh lingkungan makro yang menantang, margin petrokimia yang ketat, dan pelemahan permintaan terutama di pasar domestik China karena pandemi Covid- 19.
"Kami mencatat pendapatan Q1 2020 sebesar US$477 juta, EBITDA -US$ 13.5 juta, dan rugi bersih US$ 17 juta. Untuk mengelola dan menavigasi ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami fokus pada tiga imperatif strategis utama, yaitu kelangsungan bisnis,, keunggulan operasional, dan ketahanan keuangan," katanya dalam siaran pers, Jumat (5/6/2020).
"Proyek ekspansi kami yang sedang berlangsung, yaitu pabrik MTBE dan Butene-1 dijadwalkan selesai per rencana pada Q3 2020," jelasnya.
"Kami terus percaya pada daya tarik jangka panjang dari pasar petrokimia Indonesia, dan akan mempertahankan disiplin modal dan investasi yang bijaksana untuk memastikan pertumbuhan positif yang berkesinambungan."
(tas/hps) Next Article Kuartal I-2020, Emiten Prajogo Pangestu Rugi Rp 250 M
