
Rupiah Lemah, Dolar AS Balik ke Atas Rp 13.900

Sementara dari sisi eksternal, investor global memang sedang dalam masa penantian sehingga belum mau bermain agresif. Pelaku pasar menunggu hasil rapat Ketua The Federal Reserve/The Fed Jerome 'Jay' Powell dan kolega.
Soal suku bunga acuan, kemungkinan besar tidak ada kejutan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 0-0,25% adalah 85%.
Namun yang ditunggu adalah proyeksi terbaru The Fed mengenai prospek perekonomian Negeri Paman Sam. Pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran sampai arah suku bunga acuan akan terlihat di situ.
Proyeksi terakhir diterbitkan pada Maret lalu. Kala itu, pertumbuhan ekonomi AS pada 2020 diramal 1,9%. Kemudian inflasi yang diukur dari Personal Consumption Expenditure (PCE) inti ada di 2%, angka pengangguran 3,8%, dan median suku bunga acuan 2,6%.
![]() |
Namun dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memukul perekonomian AS, proyeksi itu tampaknya sudah usang dan harus diperbarui. Angka-angka terbaru inilah yang dinanti oleh pasar.
"Kami tidak melihat kemungkinan perubahan suku bunga acuan. Namun pasar akan lebih berfokus kepada arah ke depan (forward guidance). Kami memperkirakan akan ada konsolidasi di pasar setelah pengumuman hasil rapat The Fed," sebut riset TD Securities.
Sembari menunggu kabar dari Washington, sepertinya pelaku pasar memang memilih bermain aman dulu. Akibatnya, arus modal yang mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang bakal agak seret sehingga membuat rupiah sulit menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
