Rupiah Lemah, Dolar AS Balik ke Atas Rp 13.900

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2020 09:04
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Maklum, pelaku pasar sedang harap-harap cemas menunggu hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pada Rabu (10/6/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.925 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,61% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah berhasil mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,07% di hadapan dolar AS. Padahal mata uang Tanah Air lebih banyak menghabiskan hari berkubang di zona merah.


Ini membuat penguatan rupiah sejak awal kuartal II-2020 mencapai 15,09%. Tidak ada mata uang utama Asia yang bisa menyamai prestasi rupiah, bahkan mendekati pun tidak.


Namun, pencapaian ini juga membawa kutukan. Potensi keuntungan yang didapat investor dari rupiah menjadi sangat menggiurkan. Sayang kalau tidak dicairkan, bisa-bisa kehilangan kesempatan.

Oleh karena itu, rupiah sangat rentan untuk terpapar aksi ambil untung (profit taking). Ketika ini terjadi, rupiah yang terkena tekanan jual menjadi melemah.



Sementara dari sisi eksternal, investor global memang sedang dalam masa penantian sehingga belum mau bermain agresif. Pelaku pasar menunggu hasil rapat Ketua The Federal Reserve/The Fed Jerome 'Jay' Powell dan kolega.

Soal suku bunga acuan, kemungkinan besar tidak ada kejutan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 0-0,25% adalah 85%.

Namun yang ditunggu adalah proyeksi terbaru The Fed mengenai prospek perekonomian Negeri Paman Sam. Pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran sampai arah suku bunga acuan akan terlihat di situ.

Proyeksi terakhir diterbitkan pada Maret lalu. Kala itu, pertumbuhan ekonomi AS pada 2020 diramal 1,9%. Kemudian inflasi yang diukur dari Personal Consumption Expenditure (PCE) inti ada di 2%, angka pengangguran 3,8%, dan median suku bunga acuan 2,6%.

fomcFOMC

Namun dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memukul perekonomian AS, proyeksi itu tampaknya sudah usang dan harus diperbarui. Angka-angka terbaru inilah yang dinanti oleh pasar.

"Kami tidak melihat kemungkinan perubahan suku bunga acuan. Namun pasar akan lebih berfokus kepada arah ke depan (forward guidance). Kami memperkirakan akan ada konsolidasi di pasar setelah pengumuman hasil rapat The Fed," sebut riset TD Securities.

Sembari menunggu kabar dari Washington, sepertinya pelaku pasar memang memilih bermain aman dulu. Akibatnya, arus modal yang mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang bakal agak seret sehingga membuat rupiah sulit menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular