
Profit Taking Melanda, Dow Futures Anjlok 306 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (9/6/2020) melemah, karena aksi ambil untung (profit taking) para pelaku pasar setelah indeks bursa Wall Street memasuki teritori positif pertama tahun ini.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 306 poin, atau 1,1%, yang mengindikasikan bahwa indeks acuan bursa utama nasional tersebut bakal melemah hingga 330 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq-100 juga tertekan, masing-masing sebesar 0,9% dan 0,5%.
Saham yang semula menguat akibat sentimen pelonggaran karantina wilayah (lockdown) kini berguguran, seperti misalnya saham United Airlines dan Delta Air Lines yang masing-masing tertekan lebih dari 6% di sesi pra-pembukaan.
Indeks S&P 500 melompat 1,2%, atau 38,46 poin, menjadi 3.232,39 kemarin, memasuki teritori positif tahun 2020, alias terhitung menguat sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD). Kekhawatiran atas virus corona kian mereda dan membagikan optimisme.
Indeks Nasdaq menguat 1,1% pada Senin dan menyentuh level tertingginya yang baru, dan terhitung menguat sepanjang tahun berjalan sebesar 10,6%. Indeks Dow Jones melompat 461 poin, atau 1,7%, memangkas koreksi tahun berjalan menjadi hanya -3,3%.
Koreksi di produk derivatif indeks bursa AS tersebut terjadi setelah ekonomi AS dinyatakan memasuki resesi. Riset Ekonomi Biro Nasional memutuskan bahwa "aktivitas puncak bulanan yang jelas" terjadi pada Februari.
"Poin data baru-baru ini seperti angka lapangan kerja dan update perusahaan yang tak-seburuk-yang -dikhawatirkan memicu pandangan bahwa penurunan yang terburuk telah di belakang kita," tulis RBC Capital Markets dalam laporan riset, dikutip CNBC International.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat pekan lalu mengumumkan tambahan 2,5 juta lapangan kerja pada Mei, atau jauh lebih baik dari polling Dow Jones yang sebelumnya memprediksi sebanyak 8 juta tenaga kerja hilang.
Namun, Bank Dunia membuyarkan hawa positif tersebut pada Senin dengan merilis prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia bakal anjlok 5,2% yang merupakan resesi terburuk sejak Perang Dunia kedua.
Perhatian pelaku pasar di Eropa hari ini tertuju pada bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan menggelar "Rapat Dewan Gubernur" (RDG) selama dua hari guna menentukan suku bunga acuan. The Fed diprediksi melanjutkan komitmen untuk membeli aset di pasar modal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Buka Sesi Perdana Maret, Dow Futures Berkubang di Zona Merah
