Sampai Kapan Pasar Acuhkan Demo #BlackLivesMatter?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 June 2020 11:47
Mural Raksasa Black Lives Matter di Jalan Depan White House. AP/Jacquelyn Martin
Foto: Mural Raksasa Black Lives Matter di Jalan Depan White House. AP/Jacquelyn Martin
Sebenarnya peristiwa serupa juga pernah terjadi pada 1968. Tepatnya saat Marthin Luther King tewas terbunuh di Memphis, Tennnesse pada 4 April 1968. Kematiannya memicu luapan kemarahan di antara orang kulit hitam Amerika.

Shock dan kesedihan atas berita kematian King memicu kerusuhan yang terjadi di lebih dari 100 kota di seluruh negeri. Huru hara yang terjadi pun tak berbeda dari yang terjadi sekarang dengan pemandangan pembakaran dan penjarahan.

Namun kematian pemimpin gerakan yang mendukung hak-hak sipil tersebut juga tak membuat Wall Street terdampak. Wall Street justru malah reli. Indeks S&P 500 malah mencatatkan kinerja yang impresif dengan apresiasi sebesar 5,86% di sepanjang April.



The Economist melaporkan bahwa saat ini ketimpangan antara si 'hitam' dan si 'putih' masih terjadi di Negeri Paman Sam. Media tersebut melaporkan bahwa warga kulit hitam di Negeri Adidaya masih mengalami diparitas ekonomi, kesehatan bahkan hukum.

Berdasarkan data biro sensus AS, pendapatan warga Afro-Amerika hanya 3/5 dari warga kulit putih non-Hispanik. Pada 2018 saja, rata-rata pendapatan keluarga kulit hitam AS tercatat sebesar US$ 41.400. Masih jauh lebih rendah dari warga kulit putih yang pendapatannya menyentuh nominal US$ 70.600.

Dari sisi kesehatan, Covid-19 telah menjadi bencana besar terutama bagi orang Afro-Amerika. Warga New York kulit hitam dan hispanik dua kali lebih berpotensi terenggut nyawan karena covid-19 daripada orang kulit putih. Di Chicago angkanya bahkan lebih tinggi hingga lima kali lipat.

Hal ini sebagian besar disebabkan karena mereka bekerja di sektor yang langsung terpapar pada risiko terjangkit di tengah pandemi seperti menjadi perawat dan kurir. Alasan lainnya adalah warga kulit hitam lebih banyak yang tak memiliki asuransi kesehatan daripada warga kulit putih.

Menurut sebuah studi yang dilakukan Patrick Bayer dari Duke University dan Kerwin Charles dari University of Chicago, sebanyak 35% pria berkulit hitam berusia muda dalam keadaan menganggur atau keluar dari pekerjaan. Angka tersebut dua kali lipat dari jumlah orang kulit putih.

Jumlah yang sangat besar ini tampaknya dapat dihubungkan dengan tingginya tingkat penahanan orang Afro-Amerika: selain mereka yang dipenjara, banyak yang menyerah mencari pekerjaan karena ditolak oleh pemberi kerja yang tidak mau memberikan kesempatan pada mantan narapidana. (twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular