Ekonomi Global Bangkit, Rupiah Ikut Terungkit

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 June 2020 09:10
Dollar-Rupiah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Akan tetapi, risiko yang menaungi rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya masih cukup tinggi. Pertama tentu penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang belum selesai.

"Sayangnya, Covid-19 masih jauh dari kata terkendali di beberapa negara berkembang," lanjut Hauner.


Bahkan kini ada tendensi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu menyebar dengan masif di negara-negara berkembang. Brasil, Peru, sampai India menjadi negara yang kini banyak mencatat kasus virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat per 8 Juni jumlah pasien virus corona di Brasil adalah 672.846 orang. Sementara di India berjumlah 256.611 orang dan Peru 191.758 orang.



Kedua, ada risiko besar bernama pemburukan hubungan AS-China. Presiden AS Donald Trump mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona yang menjadi pandemi dunia.

Ditambah lagi rencana China yang akan menerapkan UU keamanan baru yang lebih represif di Hong Kong. Relasi Washington-Beijing pun memburuk.


"Selama tidak ada kabar buruk, mata uang negara-negara berkembang masih akan menguat. Namun seberapa lama? Pada musim panas nanti, risiko ketegangan geopolitik akan meninggi karena AS semakin dekat dengan Pemilu," kata Hauner.

"Saat ini ancaman AS masih sebatas pepesan kosong, tetapi sangat mungkin terealisasi dalam beberapa waktu ke depan. Ketika itu terjadi, proses pemulihan mata uang negara-negara berkembang akan terganggu dan investor kembali memilih mata uang yang dipandang aman," tambah Francesca Beausang, Ekonom Continuum Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular