
Investor Cairkan Cuan, Rupiah Sempat Dekati Rp 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2020 16:40

Sentimen pelaku pasar saat ini juga masih bagus, setelah data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat lalu secara mengejutkan mampu mencatat hasil positif.
Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja artinya ada perekrutan tenaga kerja kembali. Sementara hasil survei Reuters memprediksi akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 8 juta tenaga kerja.
Tingkat pengangguran juga menurun menjadi 13,3% dari sebelumnya 14,7%. Sementara hasil survei Reuters memprediksi tingkat pengangguran akan naik menjadi 19,8%.
Hasil tersebut sangat mengejutkan sekaligus memberikan optimisme jika perekonomian bisa segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan terhindar dari resesi panjang.
Bagusnya data ekonomi Paman Sam bukannya menguatkan dolar AS, tetapi malah membuatnya melemah. Sebab, sentimen pelaku pasar menjadi semakin bagus, dan lebih memilih aset-aset berisko dengan imbal hasil tinggi, ketimbang asat aman (safe haven) seperti dolar AS.
Sementara itu dari dalamn negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 naik menjadi US$ 130,5 miliar, dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya sebesar US$ 127,9 miliar. Cadev Indonesia kini sudah membukukan kenaikan 2 bulan beruntun.
Berdasarkan laporan BI, cadangan devisa meningkat karena penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di BI.
Dengan kenaikan cadev tersebut, BI memiliki amunisi lebih besar untuk menstabilkan rupiah jika kembali mengalami gejolak, sehingga investor menjadi lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
Mood pelaku pasar yang sedang bagus, didukung dengan data-data ekonomi yang apik seharusnya bisa membuat rupiah kembali melesat. Sayangnya profit taking mendominasi pasar dan rupiah harus berakhir stagnan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan sepanjang bulan Mei perekonomian AS mampu menyerap 2,5 juta tenaga kerja artinya ada perekrutan tenaga kerja kembali. Sementara hasil survei Reuters memprediksi akan ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 8 juta tenaga kerja.
Tingkat pengangguran juga menurun menjadi 13,3% dari sebelumnya 14,7%. Sementara hasil survei Reuters memprediksi tingkat pengangguran akan naik menjadi 19,8%.
Bagusnya data ekonomi Paman Sam bukannya menguatkan dolar AS, tetapi malah membuatnya melemah. Sebab, sentimen pelaku pasar menjadi semakin bagus, dan lebih memilih aset-aset berisko dengan imbal hasil tinggi, ketimbang asat aman (safe haven) seperti dolar AS.
Sementara itu dari dalamn negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 naik menjadi US$ 130,5 miliar, dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya sebesar US$ 127,9 miliar. Cadev Indonesia kini sudah membukukan kenaikan 2 bulan beruntun.
Berdasarkan laporan BI, cadangan devisa meningkat karena penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di BI.
Dengan kenaikan cadev tersebut, BI memiliki amunisi lebih besar untuk menstabilkan rupiah jika kembali mengalami gejolak, sehingga investor menjadi lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
Mood pelaku pasar yang sedang bagus, didukung dengan data-data ekonomi yang apik seharusnya bisa membuat rupiah kembali melesat. Sayangnya profit taking mendominasi pasar dan rupiah harus berakhir stagnan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular