
IHSG Melesat, Reksa Dana Saham Cuan Gede
Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 June 2020 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu, periode 29 Mei-5 Juni mengalami reli dan di penghujung pekan tercatat kenaikan indeks mencapai 4,08%. Kenaikan indeks ini membawa terbang imbal hasil (return) sejumlah reksa dana.
Berdasarkan data dari Infovesta, reksa dana saham mengalami kenaikan tinggi pekan lalu. Tercermin dari Infovesta Equity Fund Index terjadi kenaikan sebesar 4,04% dalam sepekan
Return yang positif ini diikuti oleh reksa dana campuran yang tercermin dari Infovesta Balanced Fund Index, pada pekan lalu naik 2,83%.
Indeks yang berbasis portofolio surat utang, seperti reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang pada periode tersebut juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,96% dan. 0,10%.
Kenaikan ini ditupong oleh naiknya indeks acuannya, yakni indeks obligasi pemerintah mengalami kenaikan 0,77% dan indeks obligasi korporasi menguat 0,16%.
Infovesta menyebutkan sentimen positif naiknya indeks di pasar keuangan ini ditunjang oleh dimulainya masa kenormalan baru (new normal). Pada hari Jumat lalu (5/6/20), fase new normal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) sudah resmi diberlakukan.
Mulainya new normal ini membawa kinerja reksa dana secara month to date hingga 5 Juni naik tinggi.
Reksa dana saham memberikan respon positif tertinggi atau naik sebesar 4,41%. Hal ini disebabkan karena, pasar saham lebih sensitif atau mudah bereaksi terhadap sentimen yang baik maupun buruk.
Kondisi pasar saham yang saat ini sedang dalam harga 'diskon' membuat investor dengan profil risiko agresif aktif mencari peluang untuk potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan.
Reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kenaikan yang didukung oleh arus masuk dana asing ke Indonesia dimana kepemilikan SBN oleh asing pada bulan Mei naik sebesar Rp 6,44 T (4/6/2020) serta penurunan yield Obligasi Pemerintah 10 Tahun sebesar 12 bps ke level 7,11% sepanjang bulan Juni (5/6/20).
"Namun demikian, investor masih perlu berhati-hati karena masih ada kekhawatiran risiko terjadinya gelombang kedua atau second wave virus corona akibat pembukaan ekonomi," tulis riset Infovesta, dikutip Senin (8/6/2020).
"Selain itu, investor juga perlu memperhatikan isu- isu geopolitik serta rilisnya data-data ekonomi Indonesia maupun Global yang dapat memberikan sentimen negatif terhadap pasar modal," lanjutnya.
Lembaga riset reksa dana ini menyebutkan bahwa investor dengan profil risiko agresif dapat mulai masuk secara bertahap ke dalam instrumen saham saham seperti reksa dana saham maupun reksa dana indeks & ETF.
Sedangkan investor dengan profil risiko yang moderat dan konservatif dapat mempertimbangkan pertambahan investasi pada instrumen surat utang seperti reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana terproteksi.
(hps/hps) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Berdasarkan data dari Infovesta, reksa dana saham mengalami kenaikan tinggi pekan lalu. Tercermin dari Infovesta Equity Fund Index terjadi kenaikan sebesar 4,04% dalam sepekan
Return yang positif ini diikuti oleh reksa dana campuran yang tercermin dari Infovesta Balanced Fund Index, pada pekan lalu naik 2,83%.
Kenaikan ini ditupong oleh naiknya indeks acuannya, yakni indeks obligasi pemerintah mengalami kenaikan 0,77% dan indeks obligasi korporasi menguat 0,16%.
Infovesta menyebutkan sentimen positif naiknya indeks di pasar keuangan ini ditunjang oleh dimulainya masa kenormalan baru (new normal). Pada hari Jumat lalu (5/6/20), fase new normal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) sudah resmi diberlakukan.
Mulainya new normal ini membawa kinerja reksa dana secara month to date hingga 5 Juni naik tinggi.
Reksa dana saham memberikan respon positif tertinggi atau naik sebesar 4,41%. Hal ini disebabkan karena, pasar saham lebih sensitif atau mudah bereaksi terhadap sentimen yang baik maupun buruk.
Kondisi pasar saham yang saat ini sedang dalam harga 'diskon' membuat investor dengan profil risiko agresif aktif mencari peluang untuk potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan.
Reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kenaikan yang didukung oleh arus masuk dana asing ke Indonesia dimana kepemilikan SBN oleh asing pada bulan Mei naik sebesar Rp 6,44 T (4/6/2020) serta penurunan yield Obligasi Pemerintah 10 Tahun sebesar 12 bps ke level 7,11% sepanjang bulan Juni (5/6/20).
"Namun demikian, investor masih perlu berhati-hati karena masih ada kekhawatiran risiko terjadinya gelombang kedua atau second wave virus corona akibat pembukaan ekonomi," tulis riset Infovesta, dikutip Senin (8/6/2020).
"Selain itu, investor juga perlu memperhatikan isu- isu geopolitik serta rilisnya data-data ekonomi Indonesia maupun Global yang dapat memberikan sentimen negatif terhadap pasar modal," lanjutnya.
Lembaga riset reksa dana ini menyebutkan bahwa investor dengan profil risiko agresif dapat mulai masuk secara bertahap ke dalam instrumen saham saham seperti reksa dana saham maupun reksa dana indeks & ETF.
Sedangkan investor dengan profil risiko yang moderat dan konservatif dapat mempertimbangkan pertambahan investasi pada instrumen surat utang seperti reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana terproteksi.
(hps/hps) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'
Most Popular