IHSG Melesat 2,5%, Saham Bank 'Lari Kencang'

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 June 2020 13:30
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten perbankan Tanah Air melesat tajam hingga penutupan perdagangan sesi I. Kenaikan harga saham-saham perbankan terutama BUKU IV menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hingga penutupan sesi I, IHSG mencatatkan penguatan sebesar 2,55%. Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 7,78 triliun. Asing membukukan aksi beli bersih sebesar Rp 36,19 miliar di seluruh pasar. 

Berdasarkan data RTI Infokom ada 321 saham yang harganya naik. Sebanyak 146 saham harganya tak bergerak dan 104 saham mengalami koreksi harga. Dari 321 saham yang menguat, saham-saham emiten perbankan Tanah Air seolah berlari 'sprint' dengan apresiasi yang signifikan.


Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tercatat naik. Bahkan saham BBNI dan BBTN melejit hingga lebih dari 10%.

EmitenKodeKenaikan (%)Volume (Juta)Turnover (Miliar)
PT Bank Central Asia TbkBBCA2.3614.73429.89
PT Bank Mandiri TbkBMRI7.2286.62440.13
PT Bank Negara Indonesia TbkBBNI10.3581.27369.39
PT Bank Rakyat Indonesia TbkBBRI6.43269.12883.35
PT Bank Tabungan Negara TbkBBTN10.9225.36256.06

catatan : data hingga penutupan perdagangan sesi I, sumber : RTI Infokom

Menguatnya saham-saham bank dan IHSG dipicu oleh beberapa sentimen positif yang datang dari luar dan dalam negeri. Dari luar negeri sentimen positif datang dari rilis data tenaga kerja AS bulan Mei. 

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat ada tambahan 2,5 juta lapangan kerja. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di AS turun menjadi 13,3% dari bulan sebelumnya 14,7% di bulan April.



Sentimen positif kedua adalah masih adanya stimulus yang digelontorkan oleh bank sentral Eropa (ECB) untuk menyelamatkan perekonomian zona euro dari kejatuhan akibat pandemi corona.

Pekan lalu bank sentral yang dipimpin oleh mantan bos IMF, Christine Lagarde itu akan menyuntikkan dana tambahan sebesar 600 miliar euro untuk membeli aset-aset keuangan seperti obligasi pemerintah melalui Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP). Sehingga secara total nilai PEPP mencapai 1,3 triliun euro.

Semangat pembukaan ekonomi yang terasa juga menjadi sentimen positif bagi pasar. Geliat ekonomi kian tampak tercermin dari peningkatan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur bulan Mei di negara-negara anggota G20.



Meski masih berada dalam zona kontraksi, kenaikan yang terjadi cukup membuat pasar optimis bahwa ekonomi sedang berada pada periode pemulihan. Akhirnya risk appetite investor membaik dan harga aset-aset berisiko seperti saham naik. Negara-negara emerging market juga terkena berkahnya karena mulai ada aliran masuk.

Aliran masuk ke pasar keuangan RI terutama di pasar SBN membuat rupiah menguat. Kini rupiah sudah kembali berada di bawah Rp 14.000/US$. Di pasar spot rupiah dibanderol Rp 13.850/US$. Penguatan rupiah juga menjadi sentimen positif bagi pasar.

Sentimen positif lain yang berasal dari dalam negeri adalah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pekan lalu mengumumkan bahwa PSBB DKI Jakarta diperpanjang hingga akhir bulan. Namun Anies menetapkan PSBB kali ini adalah masa transisi dan beberapa sektor mulai dilonggarkan secara bertahap.

Menambah sentimen positif adalah peningkatan cadangan devisa RI bulan Mei. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 sebesar 130,5 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir April 2020 sebesar 127,9 miliar dolar AS.

Di tengah masa pandemi seperti ini BI terus berupaya untuk menjaga likuiditas perbankan dengan menurunkan Giro Wajib Mininum (GWM) upiah sebesar 200 bps untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk bank umum syariah berlaku 1 Mei 2020.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan penurunan GWM tersebut maka akan tersedia likuiditas tambahan hingga Rp 102 triliun. Dengan upaya ini diharapkan likuiditas perbankan tetap terjaga.

Nilai kapitalisasi emiten perbankan RI memang besar. Dari 10 emiten terbesar konstituen IHSG, empat diantaranya berasal dari sektor perbankan. Saham-saham perbankan juga terkenal likuid ditransaksikan. 




TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg) Next Article Yes! Saham BBCA Balik ke Rp 8.000, BBNI & BMRI Nyusul Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular