
Deretan Saham-saham Ini Bikin Buntung, Ambles 25% Sepekan!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 June 2020 14:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham domestik memang sedang sumringah pekan ini (2-5 Juni). Berbagai sentimen positif yang datang dari luar turut mengerek kinerja indeks utama bursa saham RI. Namun bukan berarti seluruh saham di dalam negeri mengalami penguatan, beberapa saham justru malah ambles signifikan seminggu terakhir.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju kencang bersama dengan mayoritas indeks saham utama bursa Benua Kuning pekan ini. Secara week on week (wow) IHSG naik 4% lebih. Kinerja Wall Street yang positif jadi kabar gembira bagi aset-aset berisiko seperti saham.
Semakin melajunya ekonomi China serta dilonggarkannya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial yang masif di banyak negara menjadi bahan bakar yang membuat busa saham global bergairah lagi.
Kata new normal memang sakti mandraguna sehingga mampu membangkitkan kembali selera terhadap risiko (risk appetite) investor yang selama ini surut akibat prospek perekonomian yang gloomy di tengah merebaknya pandemi corona.
Rilis data ekonomi terbaru seperti Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur dan jasa di negara-negara anggota G20 bulan Mei menunjukkan adanya perbaikan dibanding bulan sebelumnya walau masih banyak yang berada di zona kontraksi.
Selain sentimen new normal, kembali digelontorkannya stimulus oleh bank sentral Eropa (ECB) juga mendorong penguatan lebih lanjut aset-aset berisiko. ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin malam mengatakan menambah nilai Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah), sebesar 600 miliar euro.
Bank Bank sentral yang dipimpin Chirstine Lagarde, mantan direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), merilis PEPP pertama pada Maret lalu, dengan nilai sebesar 750 miliar euro. Sehingga total stimulus yang digelontorkan ECB mencapai 1,35 triliun euro.
ECB mengatakan durasi program ini juga ditambah, sebelumnya berakhir pada Desember 2020, tetapi kini diperpanjang hingga Juni 2021 atau hingga ECB yakin krisis akibat wabah corona sudah berlalu.
Kabar baik ini cukup menjadi tenaga bursa saham RI ikut dalam euforia walau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta diperpanjang hingga akhir Juni. Pada hari Kamis (4/6/2020) Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan Juni sebagai periode transisi menuju kondisi yang aman, sehat dan produktif.
Namun saat IHSG melesat, terdapat beberapa saham dengan nilai kapitalisasi pasar kecil dan sedang (small & mid cap) yang justru ambles signifikan. Mengacu data BEI, nilai transaksi pada perdagangan kemarin (5/6/2020) tercatat mencapai Rp 9,7 triliun. Ada 214 saham yang harganya naik, 179 harganya turun, dan 150 sisanya tetap.
Dari 179 saham yang harganya turun, lima saham dia antaranya yang mencatatkan performa paling buruk sepekan terakhir membukukan imbal hasil minus 19 - 25%. Berikut ini adalah daftar saham paling buntung di pekan ini :
Berikut adalah profil dari kelima saham yang harganya anjlok signifikan minggu ini :
PT. Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO)
Emiten ini bergerak di bidang perhotelan melalui anak usahanya. Perusahaan memiliki Hotel Luna2, The Villa Seri, dan Hotel Mangosteen di Bali. Nilai kapitalisasi pasar hingga Jumat kemarin mencapai Rp 3,22 triliun.
PT. Menteng Heritage Realty Tbk (HRME)
Emiten ini juga bergerak dalam bidang perhotelan. Perusahaan adalah pemilik dari The Hermitage, hotel yang terletak di Jakarta Pusat. Nilai kapitalisasi pasar HRME hingga pekan ini sebesar Rp 679,3 miliar.
PT. Victoria Investama Tbk (VICO)
Perusahaan ini bergerak dalam bidang broker dan underwriting (penjamin emisi). Perusahaan mulai melakukan operasi komersial di bidang jasa bisnis konsultasi, manajemen dan administrasi kepada masyarakat dan melakukan investasi dalam saham. Nilai kapitalisasinya tercatat sebesar Rp 832,6 triliun.
PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS)
Perusahaan bergerak di bidang asuransi jiwa syariah. Perusahaan didirikan oleh KOSPIN JASA enam tahun lalu tepatnya di tahun 2014. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 160 miliar.
PT. Singaraja Putra Tbk (SINI)
Emiten ini bergerak dalam bidang jasa akomodasi. Penginapan yang dikelola oleh perusahaan adalah L'Imperial Singaraja, yang berlokasi di Lippo Cikarang. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 290 miliar.
Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang berisiko. Oleh karena itu sebelum memilih untuk membeli saham tertentu ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan terutama untuk investor ritel.
Faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain tujuan investasi, target return, profil risiko, prospek bisnis dan kinerja perusahaan yang sahamnya akan dibeli, valuasi sahamnya, minat pasar yang tercermin dari likuiditasnya hingga strategi investasi yang akan digunakan. Hal-hal ini setidaknya dapat membantu investor untuk mengurangi potensi kerugian yang besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju kencang bersama dengan mayoritas indeks saham utama bursa Benua Kuning pekan ini. Secara week on week (wow) IHSG naik 4% lebih. Kinerja Wall Street yang positif jadi kabar gembira bagi aset-aset berisiko seperti saham.
Semakin melajunya ekonomi China serta dilonggarkannya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial yang masif di banyak negara menjadi bahan bakar yang membuat busa saham global bergairah lagi.
Rilis data ekonomi terbaru seperti Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur dan jasa di negara-negara anggota G20 bulan Mei menunjukkan adanya perbaikan dibanding bulan sebelumnya walau masih banyak yang berada di zona kontraksi.
Selain sentimen new normal, kembali digelontorkannya stimulus oleh bank sentral Eropa (ECB) juga mendorong penguatan lebih lanjut aset-aset berisiko. ECB dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin malam mengatakan menambah nilai Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP), yakni program pembelian aset (obligasi pemerintah), sebesar 600 miliar euro.
Bank Bank sentral yang dipimpin Chirstine Lagarde, mantan direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), merilis PEPP pertama pada Maret lalu, dengan nilai sebesar 750 miliar euro. Sehingga total stimulus yang digelontorkan ECB mencapai 1,35 triliun euro.
ECB mengatakan durasi program ini juga ditambah, sebelumnya berakhir pada Desember 2020, tetapi kini diperpanjang hingga Juni 2021 atau hingga ECB yakin krisis akibat wabah corona sudah berlalu.
Kabar baik ini cukup menjadi tenaga bursa saham RI ikut dalam euforia walau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta diperpanjang hingga akhir Juni. Pada hari Kamis (4/6/2020) Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan Juni sebagai periode transisi menuju kondisi yang aman, sehat dan produktif.
Namun saat IHSG melesat, terdapat beberapa saham dengan nilai kapitalisasi pasar kecil dan sedang (small & mid cap) yang justru ambles signifikan. Mengacu data BEI, nilai transaksi pada perdagangan kemarin (5/6/2020) tercatat mencapai Rp 9,7 triliun. Ada 214 saham yang harganya naik, 179 harganya turun, dan 150 sisanya tetap.
Dari 179 saham yang harganya turun, lima saham dia antaranya yang mencatatkan performa paling buruk sepekan terakhir membukukan imbal hasil minus 19 - 25%. Berikut ini adalah daftar saham paling buntung di pekan ini :
Berikut adalah profil dari kelima saham yang harganya anjlok signifikan minggu ini :
PT. Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO)
Emiten ini bergerak di bidang perhotelan melalui anak usahanya. Perusahaan memiliki Hotel Luna2, The Villa Seri, dan Hotel Mangosteen di Bali. Nilai kapitalisasi pasar hingga Jumat kemarin mencapai Rp 3,22 triliun.
PT. Menteng Heritage Realty Tbk (HRME)
Emiten ini juga bergerak dalam bidang perhotelan. Perusahaan adalah pemilik dari The Hermitage, hotel yang terletak di Jakarta Pusat. Nilai kapitalisasi pasar HRME hingga pekan ini sebesar Rp 679,3 miliar.
PT. Victoria Investama Tbk (VICO)
Perusahaan ini bergerak dalam bidang broker dan underwriting (penjamin emisi). Perusahaan mulai melakukan operasi komersial di bidang jasa bisnis konsultasi, manajemen dan administrasi kepada masyarakat dan melakukan investasi dalam saham. Nilai kapitalisasinya tercatat sebesar Rp 832,6 triliun.
PT. Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS)
Perusahaan bergerak di bidang asuransi jiwa syariah. Perusahaan didirikan oleh KOSPIN JASA enam tahun lalu tepatnya di tahun 2014. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 160 miliar.
PT. Singaraja Putra Tbk (SINI)
Emiten ini bergerak dalam bidang jasa akomodasi. Penginapan yang dikelola oleh perusahaan adalah L'Imperial Singaraja, yang berlokasi di Lippo Cikarang. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 290 miliar.
Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang berisiko. Oleh karena itu sebelum memilih untuk membeli saham tertentu ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan terutama untuk investor ritel.
Faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain tujuan investasi, target return, profil risiko, prospek bisnis dan kinerja perusahaan yang sahamnya akan dibeli, valuasi sahamnya, minat pasar yang tercermin dari likuiditasnya hingga strategi investasi yang akan digunakan. Hal-hal ini setidaknya dapat membantu investor untuk mengurangi potensi kerugian yang besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular