Besok Rupiah di Bawah Rp 14.000/US$? Bisa!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2020 16:18
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sebuah survei posisi pelaku pasar terhadap suatu mata uang yang dilakukan Reuters sangat konsisten dengan pergerakan rupiah. Rupiah memulai tren penguatan sejak awal April lalu. Total pada periode April-Mei hingga 2 hari pertama Juni, rupiah mencatat penguatan 13,8%. Survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi jual (short) rupiah sejak awal April.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.



Pada Maret, rupiah mengalami gejolak hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual (short) rupiah sedang tinggi. Setelahnya, angka hasil survei Reuters tersebut terus menunjukkan penurunan, dan rupiah perlahan terus menguat.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (28/5/2020) pekan lalu menunjukkan -0,05, turun jauh dari rilis dua pekan sebelumnya 0,21. Hasil tersebut menjadi penurunan kelima beruntun.

Dengan survei terbaru yang menunjukkan angka minus, artinya pelaku pasar kembali mengambil posisi beli (long) rupiah. Angka minus tersebut juga merupakan yang pertama sejak rilis survei 20 Februari lalu. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.


Pada Januari, rupiah bahkan menjadi juara dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar melawan dolar AS di dunia. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli (long) rupiah yang cukup besar.

Bisa dilihat, hasil survei tersebut sangat konsisten dengan pergerakan rupiah. Dengan angka terbaru -0,05, artinya pelaku pasar memprediksi rupiah akan terus kembali menguat, dan mengambil posisi long

Saat investor melihat peluang penguatan rupiah, aliran modal juga deras masuk ke Indonesia, terlihat dari lelang obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) kemarin, nilai yang masuk mencapai 105,27 triliun. Ada tujuh seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) 5,2 kali.

Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan. Data dari DJPPR juga menunjukkan sepanjang bulan Mei hingga tanggal 29 terjadi inflow di pasar obligasi sebesar Rp 7,07 triliun.

Sementara di pasar saham juga terjadi inflow yang besar dalam 2 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, Selasa kemarin investor asing net buy sebesar Rp 872,35 miliar di all market. Sementara pada hari ini lebih net buy tercatat Rp 1,5 triliun.

Besarnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri menjadi indikasi tingkat kepercayaan inevestor asing yang jauh membaik. Tetapi aliran modal itu termasuk hot money artinya gampang masuk gampang juga perginya, sehingga menimbulkan risiko rupiah kembali melemah jika terjadi outflow yang besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular