
Analisis Teknikal
Makin Kuat Sinyal Rupiah Bakal ke Bawah Rp 14.000/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2020 08:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam 1,34% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke 14.380/US$ pada perdagangan Selasa kemarin.
Penguatan tajam rupiah tersebut juga membentuk pola Black Marubozu dilihat dari grafik candle stick harian, yang membuka peluang berlanjutnya penguatan hari ini, Rabu (3/6/2020)
Rupiah membuka perdagangan kemarin level Rp 14.480/US$ sekaligus menjadi level tertinggi hari ini, dan menutup perdagangan di level Rp 14.380/US$ sekaligus menjadi level terendah intraday. Sehingga secara teknikal rupiah disebut membentuk pola Black Marubozu.
Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrument akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.
Selain itu rupiah kini sudah jauh di bawah Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$ yang merupakan Fib, Retracement 100%.
Sementara untuk hari ini, target penguatan rupiah Rp 14.300-14.250/US$.
Meski demikian, rupiah tentunya tak lepas dari fluktuasi apalagi melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, yang berisiko membuat rupiah terkoreksi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Resisten (tahanan atas) jika rupiah melemah berada di level US$ 14.600/US$.
Jika resisten berhasil dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.730/US$. Selama level tersebut tidak ditembus, peluang rupiah menguat ke Rp 13.615/US$ tetap terjaga.
Sekali lagi, selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$, yang berpeluang dicapai dalam rentang 2 bulan ke depan.
Secara fundamental, rupiah sedang mendapat sentimen positif dari new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Negara-negara di Asia, Eropa hampir semuanya akan memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Begitu juga dengan Amerika Serikat, negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.
Tidak hanya new normal, penguatan rupiah juga tidak lepas dari "restu" Bank Indonesia (BI).
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pademi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry.
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Penguatan tajam rupiah tersebut juga membentuk pola Black Marubozu dilihat dari grafik candle stick harian, yang membuka peluang berlanjutnya penguatan hari ini, Rabu (3/6/2020)
Rupiah membuka perdagangan kemarin level Rp 14.480/US$ sekaligus menjadi level tertinggi hari ini, dan menutup perdagangan di level Rp 14.380/US$ sekaligus menjadi level terendah intraday. Sehingga secara teknikal rupiah disebut membentuk pola Black Marubozu.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu rupiah kini sudah jauh di bawah Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$ yang merupakan Fib, Retracement 100%.
Sementara untuk hari ini, target penguatan rupiah Rp 14.300-14.250/US$.
Meski demikian, rupiah tentunya tak lepas dari fluktuasi apalagi melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, yang berisiko membuat rupiah terkoreksi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Resisten (tahanan atas) jika rupiah melemah berada di level US$ 14.600/US$.
Jika resisten berhasil dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.730/US$. Selama level tersebut tidak ditembus, peluang rupiah menguat ke Rp 13.615/US$ tetap terjaga.
Sekali lagi, selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, ke depannya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 13.615/US$, yang berpeluang dicapai dalam rentang 2 bulan ke depan.
Secara fundamental, rupiah sedang mendapat sentimen positif dari new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Negara-negara di Asia, Eropa hampir semuanya akan memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Begitu juga dengan Amerika Serikat, negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.
Tidak hanya new normal, penguatan rupiah juga tidak lepas dari "restu" Bank Indonesia (BI).
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pademi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$.
"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020).
Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry.
Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular