Asing Rebutan Masuk RI, Obligasi Rp 100 T, Saham Rp 871 M

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 June 2020 16:22
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi ekonomi membayangi global, termasuk di kawasan Asia. Dua negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia dan Singapura juga sudah terancam resesi gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat aktivitas ekonomi mati suri.

Pada kuartal I-2020, ekonomi Singapura mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -2,2% year-on-year (YoY). Sepanjang 2020, pemerintah memperkirakan kontraksi ekonomi berada di kisaran -4% hingga -7%.

Sementara Malaysia masih membukukan pertumbuhan ekonomi 0,7% YoY pada kuartal I-2020. Namun laporan Departemen Statistik Malaysia menyebutkan bahwa ada sinyal ekonomi bakal masuk ke jurang resesi dalam 4-6 bulan ke depan.

Tim Riset CNBC Indonesia memandang sejauh ini, sepertinya kemungkinan Indonesia menuju arah resesi masih sangat kecil. Proyeksi dari berbagai institusi memperkirakan Indonesia bisa menghindari resesi.


Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II, III, dan IV tahun ini masing-masing sebesar 0,4%, 1,2%, dan 3,1%. Bahkan tidak ada kontraksi, sehingga tidak ada resesi.

Sementara Moody's Analytics memang memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi -3,9% pada kuartal II-2020, tetapi pada kuartal III dan IV masing-masing tumbuh positif 3% dan 2,8%. Lalu Mirae Asset meramal ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi -1,5%, tetapi kembali ke teritori positif pada kuartal III dan IV masing-masing 1,5% dan 4,5%.

Kontraksi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Institusi seperti Moody's Analytics dan Mirae Asset memang memproyeksi ada kontraksi, tetapi hanya satu kuartal. Belum masuk kategori resesi. Bahkan Morgan Stanley memperkirakan Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa pulih dengan cepat.

Ekspektasi itu mulai tampak di pasar. Pemerintah hari melakukan lelang tujuh seri obligasi negara atau Surat Berharga Negara (SBN). Kabarnya, lelang yang masuk mencapai lebih dari Rp 100 triliun.


Tujuh seri obligasi yang dilelang hari ini, Selasa (2/6/2020) adalah:
1. SPN03200903 (tenor tiga bulan).
2. SPN12210603 (tenor satu tahun).
3. FR0081 (tenor lima tahun).
4. FR0082 (tenor 10 tahun).
5. FR0080 (tenor 15 tahun).
6. FR0083 (tenor 20 tahun).
7. FR0076 (tenor 28 tahun).

Target indikatif dalam lelang ini adalah Rp 20 triliun. Namun pemerintah bisa menaikkan sampai dua kali lipat dari itu.

Kemungkinan target tersebut bisa dipenuhi dengan mudah. Pasalnya, menurut kabar yang beredar di pasar, peminat dalam lelang SBN begitu membludak.

Total penawaran yang masuk disebut-sebut mencapai Rp 105,27 triliun. Ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah lelang SBN.


Berikut adalah rincian penawaran yang masuk untuk masing-masing seri:
1. SPN03200903: Rp 0,15 triliun.
2. SPN12210603: Rp 1,50 triliun.
3. FR0081: Rp 25,15 triliun.
4. FR0082: Rp 44,84 triliun.
5. FR0080: Rp 15,56 triliun.
6. FR0083: Rp 10,67 triliun.
7. FR0076: Rp 7,39 triliun.

Berikut adalah rincian kisaran kupon yang diminta investor:
1. SPN03200903: 3,25%.
2. SPN12210603: 3,75-4%.
3. FR0081: 6,55-7,4%.
4. FR0082: 7,15-8%.
5. FR0080: 7,65-8,25%.
6. FR0083: 7,7-8,3%.
7. FR0076: 7,9-8,4%.

Kabarnya, pemerintah akan menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk. Di atas target indikatif, tetapi tidak sampai Rp 40 triliun. Hingga kini Ditjen Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan belum merilis informasi resmi hasil lelang SUN hari ini, Selasa (2/6/2020).

Di pasar modal, investor asing juga masuk mencapai Rp 871,71 miliar di semua pasar, terdiri dari Rp 753,17 miliar di pasar reguler, sementara di pasar negosiasi dan tunai Rp 118,54 miliar. 

Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), banjirnya dana asing hari ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ditutup melesat hingga 1,98% menembus level 4.800 atau tepatnya 4.847,51 dengan total nilai transaksi cukup besar yakni Rp 11,99 triliun.

Dalam sepekan terakhir, asing sudah masuk Rp 1,17 triliun, kendati secara tahun berjalan investor asing masih terhitung keluar Rp 27,44 triliun.

Head of Research
PT MNC Sekuritas, Edwin Sebayang menilai endorong utama IHSG menuju 4.800 adalah menguatnya beberapa saham berbasis komoditas seperti minyak, emas, timah, nikel dan minyak sawit mentah (CPO).

Di sisi lain, lanjut Edwin, penguatan IHSG juga ditopang oleh sentimen positif menguatnya indeks Dow Jones sebesar 0,29% di Wall Street, AS.

"Mitos Sell in May and Go Away terpatahkan di tahun 2020 ini karena selama bulan Mei justru IHSG menguat cukup tajam 4.51%. Selasa ini IHSG berpeluang naik," katanya, dalam riset yang dipublikasikan, Selasa (2/6/2020).


[Gambas:Video CNBC]




(tas/hps) Next Article Asing Menggila di Bursa RI, Ini 5 Saham Terbanyak Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular