Edan, Harga Minyak Melonjak Sampai 88% dalam Sebulan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2020 07:40
Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Ketiga, investor semakin yakin bahwa ekonomi bisa bangkit setelah dihajar habis-habisan oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kini, sejumlah negara telah dan akan melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) seiring melambatnya laju penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di kolong langit per 29 Mei adalah 5.701.337 orang. Bertambah 107.706 orang atau 1,93% dibandingkan sehari sebelumnya.

Meski masih ada penambahan, tetapi lajunya relatif sudah terkendali. Dalam enam hari terakhir, persentase kenaikan kasus sudah terjaga di bawah 2%.



AS, negara dengan kasus corona terbanyak di dunia, perlahan mulai kembali membuka keran aktivitas masyarakat yang tersumbat selama berbulan-bulan. Berbagai negara bagian sudah mengendurkan social distancing dengan mengizinkan masyarakat kembali beraktivitas meski masih ada pembatasan di sana-sini.

Misalnya Kota New York yang akan mulai memasuki fase pertama reopening pada 8 Juni. The Big Apple akan menyusul lima kota lain di Negara Bagian New York yang sudah terlebih dulu membuka diri. Lima kota tersebut akan segera memasuki fase kedua reopening, dengan memperbolehkan sejumlah bisnis untuk dibuka kembali seperti salon.


"Kami masih on track untuk membuka diri pada 8 Juni. Namun reopening bukan berarti kembali seperti dulu lagi," tegas Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, sepert diberitakan Reuters.

Ya, aktivitas publik memang belum bisa sebebas dulu. Virus mematikan masih bergentayangan sehingga protokol kesehatan tetap wajib ditaati. Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, pengukuran suhu tubuh, pengurangan kapasitas orang di perkantoran dan restoran, serta berbagai rambu-rambu masih akan berlaku demi mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona. Ini yang disebut dengan kenormalan baru alias the new normal.


Namun meski masih terbatas, adanya denyut aktivitas publik jauh lebih baik ketimbang #dirumahaja. Roda ekonomi akan berputar kembali, sehingga muncul harapan kontraksi (pertumbuhan negatif) bisa segera diakhiri.

Belum terlihatnya 'hilal' lanjutan perang dagang AS-China plus harapan ekonomi bakal tumbuh seiring penerapan new normal membuat pelaku pasar memperkirakan permintaan energi akan pulih. Peningkatan permintaan energi tentu membuat harga minyak terangkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular