
Sambut 2024 dengan Penuh Harapan, Harga Minyak Dibuka Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mengawali awal tahun 2024 dengan cukup baik. Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan pagi ini hari ini. Hal ini tentu menjadi harapan bagi para pelaku pasar untuk membalikkan kerugian yang terjadi sepanjang tahun 2023 pada pasar minyak.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (2/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,08% di posisi US$71,71 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,52% ke posisi US$77,44 per barel.
Pada perdagangan Jumat (29/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melemah 0,17% di posisi US$71,65 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup turun 1,72% ke posisi US$77,04 per barel.
Kedua kontrak harga minyak tersebut turun lebih dari 10% sepanjang tahun 2023 dan menutup tahun 2023 pada level akhir tahun terendah sejak tahun 2020.
Harga minyak mentah berjangka mengalami penurunan dalam tahun perdagangan yang penuh gejolak yang ditandai oleh gejolak geopolitik dan kekhawatiran terhadap tingkat produksi minyak dari produsen-produsen utama di seluruh dunia.
Survei Reuters terhadap 34 ekonom dan analis memperkirakan minyak mentah Brent rata-rata akan bernilai US$82,56 per barel pada tahun 2024, turun dari konsensus bulan November sebesar US$84,43 per barel, karena mereka memperkirakan pertumbuhan global yang lemah akan membatasi permintaan. Ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dapat memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Para analis juga mempertanyakan apakah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, akan mampu berkomitmen terhadap pengurangan pasokan yang mereka janjikan untuk menopang harga.
OPEC+ saat ini memangkas produksi sekitar 6 juta barel per hari, mewakili sekitar 6% pasokan global.
OPEC menghadapi melemahnya permintaan minyak mentahnya pada semester pertama tahun 2024 ketika pangsa pasar globalnya turun ke level terendah sejak pandemi penurunan produksi dan keluarnya negara Angola dari kelompok tersebut.
Sementara itu, perang di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan dalam beberapa bulan terakhir tahun 2023 yang diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2024.
"Kita akan melihat volatilitas yang terus berlanjut menjelang tahun 2024 seiring dengan peristiwa geopolitik dan ketakutan bahwa konflik dapat menyebar ke seluruh kawasan," ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, dilansir dari Reuters.
Pada bulan Desember 2023, serangan yang dilakukan kelompok militan Houthi di Yaman terhadap kapal pengapalan yang transit di rute Laut Merah memaksa perusahaan-perusahaan besar mengubah rute pengiriman mereka.
Meskipun perusahaan-perusahaan tertentu bersiap untuk melanjutkan pergerakan melalui Terusan Suez, beberapa kapal tanker minyak mentah dan produk olahan masih memilih rute yang lebih panjang mengelilingi Afrika untuk menghindari potensi konflik di wilayah tersebut.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat pada hari terakhir tahun 2023 ketika Israel mengintensifkan serangannya di Gaza selatan, sehingga memberikan tekanan pada harga minyak.
Data yang dirilis pada hari Jumat (29/12/2023) oleh Badan Informasi Energi (EIA) AS yang menunjukkan permintaan minyak yang kuat pada bulan Oktober 2023 menawarkan beberapa dukungan terhadap harga minyak dalam perdagangan intra-hari, menurut analis UBS Giovanni Staunovo.
Total permintaan minyak AS naik 3,4% pada bulan Oktober 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut laporan tersebut.
Produksi minyak mentah AS turun sedikit pada bulan Oktober 2023 menjadi 13,248 juta barel per hari, setelah mencapai rekor bulanan pada bulan Agustus dan September 2023.
Perusahaan-perusahaan energi minggu ini menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam tiga minggu, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Jumat, mengindikasikan produksi dapat meningkat di masa depan.
Namun, untuk tahun 2023, jumlah rig turun sebanyak 157 rig setelah bertambah 193 pada tahun 2022 dan 235 pada tahun 2021.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak
