Internasional

Jika Hong Kong Tak 'Seksi' Lagi, Begini Efeknya ke Investor

tahir saleh, CNBC Indonesia
29 May 2020 09:40
Demo Hong Kong, Rabu (27/5/2020).
Foto: Demo Hong Kong, Rabu (27/5/2020). (AP/Vincent Yu)

Berdasarkan data US Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Perdagangan AS, perdagangan barang dan jasa AS dengan Hong Kong mencapai lebih dari US$ 66 miliar atau Rp 983 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) pada tahun 2018. Ekspor AS ke Hong Kong mencapai US$ 50,1 miliar (Rp 746 triliun), sedangkan impor sebesar US$ 16,8 miliar (Rp 250 triliun).

Menurut data Departemen Perdagangan dan Industri HK, Hong Kong adalah pasar terbesar ketiga Amerika untuk ekspor anggur, pasar terbesar keempat untuk daging sapi dan terbesar ketujuh untuk produk pertanian pada tahun 2018.

Adapun data USTR mencatat, barang-barang teratas yang diimpor dari Hong Kong termasuk mesin dan plastik.

"Risiko yang lebih besar adalah hilangnya status khusus membuat AS membatasi penjualan teknologi-teknologi penting ke perusahaan-perusahaan Hong Kong," kata Mark Williams, Kepala Ekonom Asia di Capital Economics, dalam sebuah catatan yang dikirim kepada CNBC, Kamis pagi.

"Produk-produk yang membutuhkan banyak teknologi dari AS memang hanya sekitar 5% dari total impor Hong Kong. Tapi membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan di Hong Kong untuk mencari produk-produk penting dari AS akan menghilangkan salah satu keuntungan berbeda Hong Kong sebagai salah satu lokasi bisnis penting di daratan China, "tulisnya.

Perusahaan AS dan Hong Kong Tertekan
Dampak lain yang dianalisis ialah tertekannya bisnis perusahaan AS dan Hong Kong. Departemen Luar Negeri AS mencatat, ada lebih dari 1.300 perusahaan AS yang beroperasi di Hong Kong, serta 85.000 orang Amerika yang tinggal di kota itu.

Persepsi komunitas internasional tentang Hong Kong sebagai tempat yang otonom dan menarik untuk melakukan bisnis juga dapat berubah.

"Survei terbaru oleh Kamar Dagang Amerika (American Chamber of Commerce) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan AS sudah berencana mengurangi investasi mereka di HK," tulis riset Capital Economics.

"Banyak keberhasilan Hong Kong didasarkan pada kemampuannya untuk menarik investasi langsung asing atau FDI [foregn direct investment] dan menikmati dividen dari perusahaan-perusahaan yang bersaing secara internasional di HK."

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (26/5), Kamar Dagang AS mengatakan bahwa otonomi Hong Kong di bawah kerangka "satu negara, dua sistem" telah "lama menjadi salah satu aset terbesarnya" dalam membentuk ekonomi HK yang transparan dan berbasis aturan.

"Ini akan menjadi kesalahan serius di banyak tingkatan, membahayakan status khusus Hong Kong yang dikenal sebagai tujuan investasi yang menarik dan pusat keuangan internasional," tulis Kamar Dagang AS, yang mendesak pemerintah Donald Trump untuk memprioritaskan hubungan positif dengan Hong Kong.

Saat ini, orang Amerika juga menikmati perjalanan bebas visa ke wilayah China. Tetapi pembatasan visa bisa muncul jika ketegangan itu memburuk, kata para analis.

"Keputusan Pompeo membuka pintu bagi kemungkinan tarif impor dari Hong Kong, pembatasan visa atau pembekuan aset bagi pejabat tinggi [akan berdampak]. China sebelumnya telah memperingatkan akan membalas jika AS ikut campur dalam urusannya," tulis Rodrigo Catril dari National Australia Bank dalam sebuah catatan.

Tidak berdampak pada status perdagangan global Hong Kong
Di sisi lain, langkah mencabut status khusus atas HK oleh AS dapat memiliki konsekuensi yang luas. Namun Capital Economics menilai langkah itu tidak akan berdampak langsung pada status internasional Hong Kong.

Kota ini masih akan diperlakukan sebagai wilayah pabean yang independen oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan sebagai entitas yang terpisah oleh lembaga lain seperti Dana Moneter Internasional (INF) dan Bank Dunia (World Bank).

Sebab itu, Capital Economics menilai AS tidak mungkin terhalang oleh aturan WTO itu jika mempertimbangkan implementasi tarif perdagangan di Hong Kong.



(tas/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular