Kenapa Indofood Rela Caplok Pinehill hingga Rp 45 T?

tahir saleh, CNBC Indonesia
28 May 2020 09:25
Anthoni Salim

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua emiten konsumer milik Grup Salim yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induk usahanya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dalam 2 hari terakhir terus berakhir di zona merah baik pada perdagangan Selasa (26/5/2020) dan Rabu 27/5/2020).

Sentimen akuisisi Pinehill dengan nilai mencapai US$ 2,99 miliar atau sekitar Rp 44,55 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) tampaknya membuat banyak investor domestik melepas saham INDF dan ICBP kendati investor asing justru masuk.

Data BEI mencatat, pada Rabu kemarin saham INDF ditutup minus 6,67% di level Rp 5.600/saham. Dalam 5 hari terakhir sejak Senin pekan lalu, ketika saham INDF di level Rp 6.650/saham, saham INDF sudah ambles 16%.

Sementara saham ICBP kemarin minus 6,98% di level Rp 8.325/saham, sejak 5 hari terakhir saham terjun 15% ketika diperdagangkan di level Rp 9.800/saham pada Senin pekan lalu. Penurunan saham pada Rabu melanjutkan koreksi harga saham duo Indofood pada Selasa ketika pasar modal kembali diperdagangkan usai libur Lebaran.

Pada Jumat pekan lalu, Indofood CBP Sukses Makmur
meneken perjanjian jual beli bersyarat dengan Pinehill Corpora Limited dan Steele Lake. Nilai transaksi yang diteken pada Jumat 22 Mei saat libur Lebaran itu mencapai US$ 2,99 miliar atau sekitar Rp 44,55 triliun.

Objek transaksi adalah pertama, seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Pinehill Corpora, yaitu sebanyak 70.828.180 saham yang merupakan 51% dari total saham yang telah diterbitkan Pinehill Company.


Kedua
, seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Steele Lake, yaitu sebanyak 68.050.408 saham atau 49% dari total saham yang telah diterbitkan oleh Pinehill Company.

Adapun Pinehill Corpora masih terafiliasi dengan ICBP karena merupakan konsorsium di mana Anthoni Salim memiliki penyertaan secara tidak langsung sekitar sebesar 49% saham Pinehill Corpora.

Lantas apa yang melatari duit sebanyak itu rela dirogoh Indofood demi Pinehill?

Gideon A. Putro, Corporate Secretary ICBP mengatakan harga pembelian sebesar US$ 2,99 miliar itu ditentukan berdasarkan negosiasi yang wajar (
arm's length) antara perseroan dengan para penjual dengan ketentuan komersial yang wajar.

"ICBP akan membayar akuisisi sebesar US$ 300 juta dengan dana kas internal yang dihasilkan dari kegiatan usaha. Sisanya, akan dibiayai dari fasilitas pinjaman dari lembaga perbankan," katanya dalam keterbukaan informasi.


Alasan akuisisi
Gideon mengatakan rencana akuisisi saham Pinehill Company yang kegiatan usaha utamanya adalah produksi dan distribusi mi instan di negara-negara di benua Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara, adalah sejalan dengan pengembangan dan perluasan kegiatan usaha ICBP.

"Mengingat kegiatan usaha utama Pinehill Company adalah industri mi instan yang merupakan industri sejenis dengan kegiatan usaha kami, maka dengan dilakukannya rencana transaksi ini akan secara langsung memberikan kami posisi strategis di pasar-pasar yang mengutamakan pilihan produk-produk halal, yang selama ini merupakan pilihan kategori produk-produk Grup kami," katanya.

Selain itu, Grup Pinehill Company juga telah mempunyai pangsa pasar yang kuat di 8 negara di benua Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara.

"Dengan dilakukannya rencana transaksi ini, akan secara langsung menjadikan kami sebagai pemain dan produsen produk makanan global dengan pangsa pasar yang kuat secara global, khususnya pasar produk mi instan," katanya.

Grup Pinehill Company saat ini juga telah memiliki 12 fasilitas produksi mi instan yang berlokasi di delapan negara dengan total populasi yang lebih dari 550 juta orang, dan juga memiliki jaringan distribusi di 33 negara dengan total populasi lebih dari 885 juta orang.

"Akuisisi Grup Pinehill yang memiliki total kapasitas produksi lebih dari 10 miliar bungkus mi instan dan posisi dominan di hampir semua pasarnya, akan menjadikan kami sebagai salah satu produsen mi instan terkemuka di dunia," jelasnya.

Tak hanya itu, dengan fasilitas produksi mi instan dan jaringan distribusi Pinehill Grup yang ekstensif di negara Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara akan memberikan platform yang langsung tersedia dan penting bagi ICBP untuk mendistribusikan dan bahkan memproduksi beragam produk konsumen bermerk yang saat ini diproduksi dan didistribusikan di Indonesia, di pasar Pinehill yang berkembang pesat.

"Pasar Pinehill yang meliputi total populasi lebih dari tiga kali total populasi Indonesia merupakan pasar yang berkembang sangat pesat. Dengan konsumsi per kapita rata-rata mi instant yang masih sangat rendah, dan pertumbuhan yang pesat di pasar tersebut diharapkan terus berlanjut di masa yang akan datang maka pengambil-alihan Pinehill Company diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan kami di masa depan," jelasnya.

"Dengan mempertimbangkan sinergi usaha Pinehill Company dengan ICBP dan marjin usaha Grup Pinehill, posisi pasar yang kuat serta tingkat pertumbuhan yang tinggi, direksi kami berkeyakinan bahwa dengan dilakukannya transaksi akan meningkatkan nilai pemegang saham kami," katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Berdasarkan keterbukaan informasi ICBP, penjualan Pinehill Company pada 2019 adalah US$ 533,5 juta atau sekitar Rp 8 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) dan laba sebelum pajak sebesar US$ 125,0 juta.

Per 31 Desember 2019, total nilai ekuitas konsolidasi dari Pinehill Company sebesar US$ 246,3 juta, Kas dan setara kas berjumlah US$ 67,5 juta, dan tidak memiliki pinjaman bank.

Merlissa Trisno, analis dari PT CLSA Sekuritas Indonesia, dalam riset yang dipublikasikan kepada pelaku pasar, juga menganalisis dampak pembelian ini dan bagaimana valuasi dari pembelian tersebut.

"Akuisisi Pinehill dihargai senilai US$ 3 miliar atau setara dengan 23 kali dari PE [price earning] 2020 dengan penghasilan terjamin sebesar US$ 128,5 juta atau 66% secara year on year. Nilai akuisisi ini akan dibayar dua kali yakni sebesar US$ 2,35 miliar pada tanggal penyelesaian, dan sisanya US$ 650 juta pada 30 April 2022 dengan tingkat kompensasi 2,63%," tulis Merlissa, dalam riset 25 Mei lalu.

Rasio PE adalah rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan emiten saham terhadap harga sahamnya. Perhitungan dilakukan dengan membagi harga saham saat ini dengan keuntungan bersih tahunan per saham atau earning per share(EPS).

Merlissa mengatakan ICBP akan mendapatkan diskon transaksi jika pendapatan Pinehill mencapai US$ 122 juta atau lebih rendah pada tahun 2020 dan 2021 dengan nilai penyesuaian berdasarkan pada rumus tertentu. Rumus itu yakni: nilai penyesuaian = (laba dijamin - laba aktual) x PE kelipatan 23.


Merlissa mengatakan pihaknya percaya target pendapatan Pinehill sebesar US$ 128,5 juta pada tahun 2020 dapat mencakup asumsi perolehan valas mengingat penguatan tren mata uang di Arab Saudi dan Nigeria (dua pasar terbesar Pinehill). Karena itu, pihaknya memperkirakan US$ 30 juta perolehan valas pada tahun 2020, bisa membalikkan dari kerugian valas tahun lalu.

"Dengan asumsi 20% margin Ebit untuk Pinehill, perhitungan kami menunjukkan pendapatan harus digandakan pada tahun 2020 untuk mencapai target yang agresif," tulis Merlissa.

Merlissa mengatakan harga akuisisi Pinehill yakni 23 kali PE (price earnings) 2020 menciptakan sentimen jangka pendek. "Indofood CBP mengumumkan hasil dan rincian akuisisi Pinehill selama liburan Lebaran. Hasilnya terlihat sejalan, dengan semua divisi memberikan margin Ebit positif pada 1Q20," katanya.

Sebab itu dia menurunkan peringkat rekomendasi dari "beli (buy)" ke "underperformed (U-PF)" dengan target harga dari Rp 11.000 menjadi Rp 9.850/saham untuk ICBP. Rekomendasi underperformed biasa digunakan untuk saham yang diperkirakan cenderung turun di bawah pasar (indeks harga saham).

Sementara untuk INDF juga terseret oleh sentimen negatif jangka pendek di anak perusahaan. Indofood dinilai memperoleh 80% NAV (net asset value) dari anak perusahaan terbesarnya, Indofood CBP.

"Kami percaya setiap sentimen negatif jangka pendek ke ICBP juga bisa memberikan tekanan pada harga saham Indofood. Selain ICBP, sebagian besar divisi Indofood memiliki model bisnis berbiaya plus yang menunjukkan risiko penurunan terhadap margin (yaitu tepung)," katanya.

"Dampak dari kenaikan harga CPO atau minyak sawit (dalam rupiah) harus dibatasi karena mayoritas produksi (75%) diserap secara internal untuk bisnis hilir."

Lantaran itu, pihaknya juga menurunkan rekomendasi dan target harga INDF dari "beli" ke "underperformed" dengan target harga Rp 8.000 menjadi Rp 6.800/saham.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular