Sentimen Pasar Pekan Depan

Usai Lebaran, Waspada Tekanan di Pasar Keuangan RI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 May 2020 22:00
Infografis: Perlombaan Temukan Vaksin Corona: Xi Jinping Ungguli Trump
Foto: Infografis/Perlombaan Temukan Vaksin Corona: Xi Jinping Ungguli Trump/Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri kompak pada pekan ini, dalam tiga hari perdagangan menjelang libur Hari Raya Idul Fitri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan 0,85%, rupiah lebih dari 1%, sementara imbal hasil obligasi tenor 10 tahun 13,3 basis poin (bps) menjadi 7,676%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Pada Kamis dan Jumat lalu pasar keuangan dalam negeri libur hingga Senin (25/5/2020) besok dalam rangka Hari Raya Idul Fitri, dan baru bukan kembali pada Selasa (26/5/2020).

Saat libur tersebut, pasar keuangan global bergerak volatil akibat memburuknya sentimen pelaku pasar menyusul meningkatnya tensi Amerika Serikat (AS) dengan China.

Memanasnya hubungan China dengan AS terjadi akibat Presiden Donald Trump mendesak agar China bertanggung jawab atas terjadinya pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian AS bahkan global merosot menuju jurang resesi.

"Kami punya banyak informasi, dan itu tidak bagus. Apakah (virus corona) datang dari laboratorium atau dari kelelawar, pokoknya berasal dari China. Mereka semestinya bisa menghentikan itu dari sumbernya," kata Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.



Beredar kabar pemerintahan Trump akan membuat Undang-undang (UU) yang mengharuskan China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona. Seorang anggota Senat AS mengungkapkan, pemerintah sedang mematangkan Rancangan Undang-undang Pertanggungjawaban Covid-19 (Covid-19 Accountability Act).

Memburuknya hubungan kedua negara membuat pelaku pasar cemas akan kemungkinan terjadinya babak baru perang dagang, bahkan yang terburuk konfrontasi bersenjata alias perang militer.

Selain itu, situasi di Hong Kong saat ini kembali memanas setelah Pemerintahan Presiden China, Xi Jinping, berencana memberlakukan UU keamanan baru di wilayah administratifnya tersebut karena tahun lalu terjadi instabilitas akibat aksi demonstrasi selama berbulan-bulan tahun lalu.

Akibat rencana tersebut ribuan orang kembali berdemonstrasi di Hong Kong, setelah lama "adem ayem" akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Demo bahkan langsung memanas, polisi menambakkan gas air mata ke pendemo.

Jika tensi di Hong Kong tereskalasi, tentunya akan memperburuk sentimen pelaku pasar sehingga pasar keuangan Indonesia berisiko semakin tertekan. Apalagi, AS kembali ikut campur dalam masalah Hong Kong.

"AS mengutuk rencana sepihak UU keamanan nasional di Hong Kong. AS mendesak Beijing agar mengkaji ulang proposal yang mengerikan ini dengan memperhatikan tanggung jawab dan menghormati otonomi serta institusi demokrasi Hong Kong," kata Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, seperti diberitakan Reuters.

Hubungan AS-China bisa semakin memburuk akibat demo di Hong Kong, sehingga pelaku pasar keuangan patut waspada.


Tidak hanya kabar kurang sedap, ada juga kabar baik untuk pasar finansial. Khusus dari dalam negeri, Pemerintah berencana memutar kembali roda perekonomian mulai pekan depan. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menghimbau BUMN untuk mulai bekerja bagi karyawan yang berusia di bawah 45 tahun. Sedangkan usia di atas 45 tahun diperkenankan untuk tetap bekerja di rumah.

Berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tertanggal 15 Mei 2020, kebijakan ini dijalankan dengan tetap menerapkan protokol perlindungan karyawan dan pelanggan serta rantai lainnya.

Bersama dengan surat tersebut disampaikan simulasi tahapan pemulihan kegiatan #CovidSafe BUMN yang dilakukan dalam beberapa fase yang akan dimulai pekan depan.

Kembali diputarnya roda perekonomian tentunya memberikan sentimen positif ke pasar, meski harus berhati-hati agar tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19.

Selain itu, perkembangan vaksin Covid-19 tentunya memberikan sentimen positif ke pasar finansial global. Di awal pekan lalu, perusahaan bioteknologi asal AS, Moderna Inc. menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.

Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.

Terbaru, vaksin buatan Moderna diperkirakan akan siap didistribusikan di akhir tahun ini. Hal tersebut diungkapkan oleh dr. Carlos del Rio, yang terlibat dalam studi vaksin tersebut.

"Saya optimis tapi tetap berhati-hati. Perkembangan vaksin kami cukup bagus dan belum pernah terjadi sebelumnya" kata del Rio sebagaimana dilansir CNBC International.



Selain vaksin Moderna, kini China juga memberikan kabar bagus. Vaksin buatan Beijing Institute Biotechnologies dan CanSino Biological, berhasil memicu antibodi penawar pada puluhan pasien dalam uji klinis tahap awal.

Vaksin yang diberi nama Ad5-nCoV telah diuji coba pada peserta berusia 18 hingga 60 tahun dan menerima dosis rendah, sedang atau tinggi. Ada 36 orang di masing-masing dari tiga kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi.

Dalam uji coba vaksin ini, pada hari ke-28, pasien yang mendapat dosis vaksin rendah dan menengah menunjukkan adanya antibodi penawar dibandingkan dengan pasien dalam kelompok dosis tinggi.

"Hasil ini merupakan tonggak penting," ujar Wei Chen, profesor di Institut Bioteknologi Beijing dan pemimpin penelitian kepada para media, seperti dikutip dari CNBC International.

"Namun harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tantangan dalam pengembangan vaksin Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya, dan kemampuan untuk memicu respons kekebalan ini tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan melindungi manusia dari Covid-19."

Semakin banyak vaksin yang berpotensi menjadi penawar Covid-19 tentunya menjadi kabar bagus, harapan virus corona akan segera lenyap dari muka bumi semakin besar, dan manusia kembali bisa hidup normal.

Memang semua vaksin masih dalam tahap uji klinis lanjutan, tetapi setidaknya ada harapan yang bisa membuat sentimen pelaku pasar membaik.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular