Bursa RI Sudah Babak Belur 28%, Habis Lebaran Bagaimana?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
22 May 2020 11:33
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Skenario normal baru atau new normal yang dijajaki pemerintah untuk diterapkan pada Juni mendatang guna perlahan memulihkan aktivitas ekonomi yang sudah jatuh parah dinilai akan menjadi sentimen positif bagi pasar saham dalam negeri dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution mengatakan, dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah menyebabkan banyak sektor industri merana, di antaranya maskapai penerbangan, agen perjalanan, hotel dan restoran, pusat perbelanjaan, properti hingga sektor manufaktur.

Adanya skenario normal baru dinilai bisa menjadi cara agar perekonomian tidak semakin terperosok semakin dalam di kuartal kedua tahun ini.

"Pelonggaran PSBB tentu akan membuat aktivitas perekonomian bergeliat kembali, sehingga kinerja usaha akan rebound. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan," ungkap Damhuri, kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/5/2020).

Akan tetapi, dia memberi catatan, protokol kesehatan selama kebijakan normal baru harus tetap dilakukan secara cermat, hal ini untuk mencegah kemungkinan merebaknya wabah Covid-19 gelombang kedua di tanah air.


Ini penting mengingat jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali menembus rekor baru harian. Pada Kamis kemarin (21/5/2020), jumlah pasien baru virus corona bertambah 973 orang atau nyaris 1.000 orang dan merupakan rekor tertinggi harian.

Direktur Utama CSA Institute, Aria Samata Santoso mengungkapkan, kebijakan pelonggaran PSBB akan menjadi sentimen yang direspons positif oleh pasar di mana aktivitas perekonomian perlahan akan kembali normal.

"Dari sisi perputaran bisnis ini adalah sentimen yang baik di mana segala kegiatan akan berangsur kembali normal. Namun di sisi lain perlu diwaspadai penerapan protokol yang cukup ketat untuk tetap membatasi paparan virus covid-19 kepada masyarakat," tutur Aria, saat dihubungi, Jumat (22/5/2020).

Aria menambahkan, sentimen ini akan memberikan dampak positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan untuk jangka pendek. Kendati, masih ada kemungkinan pasar saham masih cukup akan tertekan karena ketidakpastian yang masih tinggi akibat penambahan kasus baru Covid-19.

"Sentimen yang cukup baik dalam jangka pendek. Kita pantau perkembangannya kembali dengan data terbaru new daily cases yang akan muncul belakangan. Saat semakin mereda itu merupakan sinyal yang positif," tuturnya.

Pandemi ini memang menyebabkan ketidakpastian tinggi yang menyebabkan investor asing keluar dari aset berisiko. Alhasil, IHSG sejak awal tahun terkoreksi 27,84% ke posisi 4.545,95 hingga perdagangan terakhir Rabu lalu (20/5/2020). Pada periode yang sama, investor asing mengakumulasi jual bersih Rp 28,61 triliun di pasar reguler.


Di sisi lain, salah satu manajer investasi (MI) terbesar di Indonesia, PT Schroder Invesment Management Indonesia (Schroders), mengatakan investor asing masih enggan masuk ke pasar keuangan Indonesia merespons kondisi ekonomi yang terdampak pandemi virus corona. Keputusan asing untuk masuk ke Indonesia menanti data-data ekonomi pada pada paruh kedua tahun ini.

Direktur dan Portofolio Manager Schroders Irwanti mengatakan berdasarkan ekspektasi dari pemerintah, pelonggaran PSBB memungkinkan pemulihan ekonomi di Juni mendatang.

"Kinerja kuartal I tidak bisa diharapkan, kuartal II juga pasti masih berdampak dalam. Jadi investor asing akan melihat kinerja di paruh kedua tahun ini", jelasnya dalam virtual video interview dengan CNBC Indonesia, Rabu (20/05/20)

Irwanti menyebut, meski masuk dalam periode new normal, sektor konsumsi dinilai masih resilience (bertahan) sebab masih perlunya kebutuhan masyarakat pada sektor tersebut.


[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article 10 Saham di BEI Masuk Indeks MSCI, tapi 14 Didepak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular