Special Research

Ini Cara BRI Ciptakan New Normal Layanan KUR

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
28 May 2020 12:57
dok: BRI
Foto: dok: BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menyerukan situasi normal baru (new normal) pada Selasa (26/5/2020) yang mensyaratkan cara sehat dalam beraktivitas. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) pun mempercepat digitalisasi layanannya, khususnya di Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Wabah Covid-19 memicu perlambatan ekonomi di berbagai belahan dunia dengan terhambatnya akivitas bisnis. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 tumbuh 2,97% year-on-year (YoY), terendah sejak kuartal IV-2001.

Kini, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) segera berakhir dan Presiden Joko Widodo menyerukan new normal, di mana aktivitas masyarakat bakal kembali normal tetapi dengan mematuhi protokol kesehatan dan mengurangi kontak fisik (social distancing).

Sebelumnya pada Kamis (14/5/2020), Presiden meluncurkan gerakan nasional "Bangga Buatan Indonesia" untuk menyerap produk industri kecil dan menengah (IKM), serta memperkuat daya saing industri di tengah tantangan pandemi.

Sejalan dengan program itu, BRI mempercepat revolusi layanan menuju digitalisasi perbankan, guna mendukung situasi the new normal. Selama ini, bank BUMN tersebut memang telah berinisiatif mendigitalkan seluruh proses bisnisnya.


Di tengah situasi pandemi, BRI sukses mendigitalkan layanan penyaluran KUR, yang selama ini menjadi penyangga pendanaan bagi pelaku usaha IKM. Harap dicatat, BRI mendapatkan jatah penyaluran KUR terbesar di tahun ini, senilai Rp 120,2 Triliun, dari total plafon pemerintah Rp 190 trilliun.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan pihaknya kali ini bekerja sama dengan Shopee & Grab untuk menyalurkan KUR secara digital kepada merchant kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan menyusul selanjutnya dengan Tokopedia dan Gojek.

"Inisiatif ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat mengakses pembiayaan KUR serta meningkatkan penyerapan KUR yang dapat membantu UMKM untuk terus bertahan di masa pandemi," tutur Sunarso dalam pernyataan resminya.

Dengan tambahan kanal penyaluran digital, BRI pun berpeluang mencapai target penyaluran KUR meski di tengah tantangan pandemi. Hingga akhir April, penyaluran KUR BRI mencapai Rp 43,2 triliun, atau 36% dari target 2020 (Rp 120,2 triliun), kepada 1,5 juta debitur di Tanah Air.

Selain KUR, BRI juga menyiapkan fasilitas pinjaman bunga ringan bagi mitra driver Grab dan Gojek. Para driver ojek online dan taksi online yang memenuhi persyaratan bakal mendapat penawaran fasilitas pinjaman Rp 5 juta-Rp 20 juta dengan bunga ringan. Program tersebut juga berbasis digital, yang diharapkan membantu keberlanjutan hidup mereka di tengah pandemi.

Fasilitas pinjaman dengan masa pelunasan 2 tahun itu membebaskan mitra pengemudi dari angsuran selama 3 bulan pertama. Para mitra Gojek dan Grab itu melakukan asesmen dengan menggunakan data driver dengan perimeter tertentu.

Tidak tanggung-tanggung, BRI menargetkan 250.000 pengendara ojek online dan taksi online mendapatkan fasilitas pembiayaan ini. Dengan demikian, plafon maksimal untuk pembiayaan ringan ini mencapai Rp 5 triliun. Nilai yang cukup fantastis untuk pembiayaan bagi ojek online.

Tidak ada angka yang resmi mengenai jumlah driver ojek online dan taksi online di Indonesia. Bahkan Grab dan Gojek pun belum pernah mengumumkan jumlahnya secara gamblang.

Namun, berbagai pihak mengestimasikan jumlahnya lebih dari 2 juta orang di seluruh Indonesia. Sehingga target 250.000 fasilitas pembiayaan dari BRI ini hanya sekitar 10-12,5% dari seluruh driver online yang ada.

Tentunya, tidak akan sulit untuk memasarkan fasilitas pembiayaan ini karena potensi pasarnya cukup besar. Selain itu, dengan asesmen data dengan menggandeng Grab dan Gojek, tentu tidak sulit untuk mendapatkan debitur dengan risiko rendah.

Konsep layanan digital perbannkan bukanlah hal yang baru. McKinsey dalam laporan berjudul "Asia's Digital Banking Race: Giving Customers What They Want" (2018) mencatat bahwa penetrasi layanan digital perbankan di Asia meningkat 3 kali lipat dibanding periode 2014.

Tahun ini lonjakan penetrasi digital itu bakal meningkat lebih lanjut di tengah pandemi Covid-19. Kebijakan social distancing dan bahkan social restriction yang berujung pada lockdown di beberapa negara menurunkan intensitas masyarakat bertemu dengan individu lain.

Bancography pun merilis proyeksi bahwa pandemi ini bakal mengubah wajah industri keuangan, karena pandemi memaksa tak hanya milenial, tapi juga generasi sebelumnya (baby boomers) untuk mengoptimalkan kanal digital dalam aktivitas keseharian, termasuk perbankan.

"Sepertinya beralasan untuk memprediksi bahwa semakin lama wabah ini berlangsung, semakin menetap pula perilaku baru tersebut, dan semakin kecil peluang konsumen untuk kembali pada perilaku pra-krisis," tulis firma konsultan keuangan Amerika Serikat (AS) itu.

Oleh karena itu, keputusan BRI untuk meluncurkan layanan KUR digital sangat tepat dengan arah perputaran roda industri perbankan yang memang sedang menuju ke sana. Bahkan jika mengacu pada riset Bancography, apa yang dilakukan BRI ini selangkah lebih maju dari bank-bank di AS.

Bancography menyoroti kebijakan bank besar AS yang justru kian mencekik konsumen menengah ke bawah, dengan menaikkan skor kredit dan uang muka yang menjadi persyaratan pengajuan kredit. Padahal di tengah krisis, bank semestinya membantu menjaga mereka.

"Ini bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman mengenai program dukungan yang tersedia, penangguhan beberapa angsuran dan biaya, serta pendampingan dengan membangkitkan kembali kredit," tulis Bancography di halaman 51.


Ketika bank membantu masyarakat untuk bertahan di tengah pandemi, pada dasarnya bank tersebut juga membantu keberlanjutan bisnisnya. Pasalnya, konsumsi masyarakat berperan besar dalam perputaran ekonomi, dengan porsi 70% di AS dan 57% di Indonesia.

BRI mengambil jalan itu, sejalan dengan arahan Bank Indonesia (BI), yakni membantu debitur yang kesulitan. Sampai dengan April 2020, bank berlaba bersih terbesar ini melakukan relaksasi kredit kepada lebih dari 1,4 juta pelaku UMKM, senilai total Rp 101 triliun.


Jika ekonomi berjalan karena masyarakat masih melakukan aktivitas pembelian, maka industri bank pun relatif bakal tetap kuat. Ibarat sekali mendayung di sampan digital, BRI meraih dua "pulau" sekaligus: membantu menjaga ekonomi dan menjaga kelanjutan bisnisnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular