
Sambut Lebaran, Rupiah di Level Terkuat 2 Bulan Rp 14.680/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 May 2020 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat di perdagangan terakhir pekan ini, Rabu (20/5/2020), mengingat besok libur Hari Kenaikan Isa Al-Masih, dan Jumat cuti bersama menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang menipis memberikan momentum tambahan bagi rupiah untuk menguat pada hari ini.
Rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.750/US$. Sempat melemah 0,14% ke Rp 14.770/US$, setelahnya rupiah langsung menguat hingga 0,47% ke Rp 14.680/US$.
Rupiah sempat memangkas pelemahan, tetapi di penutupan perdagangan kembali ke US$ 14.680/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terkuat dalam lebih dari 2 bulan terakhir, tepatnya sejak 13 Maret lalu.
Selain itu, rupiah juga kembali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hari ini. Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada hari ini, hingga pukul 15:10 WIB, selain rupiah hanya bath Thailand yang menguat, sementara dolar Hong Kong dan yen Jepang menguat tipis nyaris flat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
CAD selama ini menjadi "hantu" perekonomian RI, dan sudah mulai "bergentayangan" sejak kuartal IV-2011 akhirnya menipis.
Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan (CAD) kuartal I-2020 setara dengan 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,8% PDB. Defisit tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal II-2017.
"Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Defisit neraca jasa juga membaik dipengaruhi oleh penurunan defisit jasa transportasi sejalan dengan penurunan impor barang, di tengah penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Di samping itu, perbaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik, turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Rabu (20/5/2020).
Transaksi Berjalan menjadi faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Akibat CAD yang besar, pergerakan rupiah menjadi sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa.Ketika CAD menurun maka pasokan devisa di perekonomian nasional semakin membaik, yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Kemarin rupiah menguat berkat membaiknya sentimen pelaku pasar merespon vaksin virus corona dari perusahaan bioteknologi Moderna di AS. Sehingga rupiah tak terbendung di pekan ini, alias selalu menguat melawan dolar AS.
Pada Senin malam (pagi waktu AS) Moderna menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.
Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.
Kabar tersebut tentunya memberikan harapan virus corona bisa segera ditanggulangi dan kehidupan kembali normal, roda perekonomian kembali berputar kencang. Sentimen pelaku pasar pun membaik, dan rupiah siap berjaya lagi.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 4,25% untuk suku bunga acuan. Artinya, BI 7 Day Reverse Repo Rate dikurangi 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini yang sebesar 4,5%.
BI masih belum "menembakkan peluru" dengan menurunkan suku bunga tetapi rupiah masih bisa menguat berkat sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus.
Rupiah memiliki peluang kembali menguat pada hari ini, Rabu (20/5/2020) apalagi belakangan ini rupiah kerap melawan "gravitasi" alias menguat saat mayoritas mata uang utama Asia melemah atau saat sentimen pelaku pasar kurang bagus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang menipis memberikan momentum tambahan bagi rupiah untuk menguat pada hari ini.
Rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.750/US$. Sempat melemah 0,14% ke Rp 14.770/US$, setelahnya rupiah langsung menguat hingga 0,47% ke Rp 14.680/US$.
Selain itu, rupiah juga kembali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hari ini. Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada hari ini, hingga pukul 15:10 WIB, selain rupiah hanya bath Thailand yang menguat, sementara dolar Hong Kong dan yen Jepang menguat tipis nyaris flat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
CAD selama ini menjadi "hantu" perekonomian RI, dan sudah mulai "bergentayangan" sejak kuartal IV-2011 akhirnya menipis.
Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan (CAD) kuartal I-2020 setara dengan 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,8% PDB. Defisit tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal II-2017.
"Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Defisit neraca jasa juga membaik dipengaruhi oleh penurunan defisit jasa transportasi sejalan dengan penurunan impor barang, di tengah penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Di samping itu, perbaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik, turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Rabu (20/5/2020).
Transaksi Berjalan menjadi faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Akibat CAD yang besar, pergerakan rupiah menjadi sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa.Ketika CAD menurun maka pasokan devisa di perekonomian nasional semakin membaik, yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Kemarin rupiah menguat berkat membaiknya sentimen pelaku pasar merespon vaksin virus corona dari perusahaan bioteknologi Moderna di AS. Sehingga rupiah tak terbendung di pekan ini, alias selalu menguat melawan dolar AS.
Pada Senin malam (pagi waktu AS) Moderna menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.
Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.
Kabar tersebut tentunya memberikan harapan virus corona bisa segera ditanggulangi dan kehidupan kembali normal, roda perekonomian kembali berputar kencang. Sentimen pelaku pasar pun membaik, dan rupiah siap berjaya lagi.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 4,25% untuk suku bunga acuan. Artinya, BI 7 Day Reverse Repo Rate dikurangi 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini yang sebesar 4,5%.
BI masih belum "menembakkan peluru" dengan menurunkan suku bunga tetapi rupiah masih bisa menguat berkat sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus.
Rupiah memiliki peluang kembali menguat pada hari ini, Rabu (20/5/2020) apalagi belakangan ini rupiah kerap melawan "gravitasi" alias menguat saat mayoritas mata uang utama Asia melemah atau saat sentimen pelaku pasar kurang bagus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular