
Produksi Sudah Dipangkas, Kenapa Harga Minyak Naik Turun?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 May 2020 09:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah reli cukup tinggi, harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan pada pagi hari ini melemah tipis. Pemulihan ekonomi yang berjalan lambat dan masih adanya risiko tensi geopolitik tinggi AS-China jadi faktor yang menekan harga minyak mentah.
Rabu (20/5/2020) harga minyak mentah Brent turun 0,3% ke US$ 34,54/barel pada 08.31 WIB. Di saat yang sama harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan sebesar 0,4% ke US$ 31,83/barel.
Sebenarnya sejak awal Mei harga minyak cenderung bergerak naik. Kenaikan harga minyak dipicu oleh mulai dilonggarkannya pembatasan di berbagai negara di dunia serta dibarengi dengan pemangkasan produksi oleh Arab Saudi, Rusia dan koleganya (OPEC+) sebesar 9,7 juta barel per hari.
Volume ini belum ditambahkan dengan volume pemangkasan produksi Arab secara sukarela sebesar 1 juta bpda dan pemotongan kuota produksi Uni Emirat Arab (UEA) serta Kuwait sebesar 180 ribu bpd.
Pekan ini harga minyak pun melambung dan diperdagangkan di level US$ 30/barel. Salah satu sentimen positif yang juga membuat harga minyak naik adalah kabar baik yang datang dari pengembangan vaksin untuk virus corona.
Moderna perusahaan farmasi asal AS, melaporkan bahwa kandidat vaksin produksinya menunjukkan hasil yang positif melawan Covid-19 terbukti dengan terbentuknya antibodi. Dalam imunologi, antibodi merupakan sejenis protein yang berperan dalam pertahanan tubuh manusia dalam melawan patogen.
Namun sebenarnya skenario pengembangan vaksin untuk virus corona selama 12-18 bulan ini masih dinilai terlalu optimis. Masih banyak tantangan yang akan ditemui ke depannya seperti ketersediaan vaksin dalam jumlah mencukupi dan keterjangkauan harganya.
Di sisi lain ketegangan antara AS dan China juga menjadi faktor yang dicermati pelaku pasar. Kini hubungan Washington dan Beijing semakin rumit. Konflik dagang berpotensi tereskalasi menjadi konflik yang lebih serius.
Jika keduanya terus berseteru maka perekonomian global akan kian tertekan. Periode pemulihan akan terjadi dengan laju yang sangat lambat. Permintaan terhadap minyak sebagai bahan bakar pun masih berpotensi tertekan kembali. Kekhawatiran ini telah memicu terjadinya penurunan harga si emas hitam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article OPEC+ Pangkas 9,7 Juta Barel Produksi, Harga Minyak Meroket
Rabu (20/5/2020) harga minyak mentah Brent turun 0,3% ke US$ 34,54/barel pada 08.31 WIB. Di saat yang sama harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan sebesar 0,4% ke US$ 31,83/barel.
Volume ini belum ditambahkan dengan volume pemangkasan produksi Arab secara sukarela sebesar 1 juta bpda dan pemotongan kuota produksi Uni Emirat Arab (UEA) serta Kuwait sebesar 180 ribu bpd.
Pekan ini harga minyak pun melambung dan diperdagangkan di level US$ 30/barel. Salah satu sentimen positif yang juga membuat harga minyak naik adalah kabar baik yang datang dari pengembangan vaksin untuk virus corona.
Moderna perusahaan farmasi asal AS, melaporkan bahwa kandidat vaksin produksinya menunjukkan hasil yang positif melawan Covid-19 terbukti dengan terbentuknya antibodi. Dalam imunologi, antibodi merupakan sejenis protein yang berperan dalam pertahanan tubuh manusia dalam melawan patogen.
Namun sebenarnya skenario pengembangan vaksin untuk virus corona selama 12-18 bulan ini masih dinilai terlalu optimis. Masih banyak tantangan yang akan ditemui ke depannya seperti ketersediaan vaksin dalam jumlah mencukupi dan keterjangkauan harganya.
Di sisi lain ketegangan antara AS dan China juga menjadi faktor yang dicermati pelaku pasar. Kini hubungan Washington dan Beijing semakin rumit. Konflik dagang berpotensi tereskalasi menjadi konflik yang lebih serius.
Jika keduanya terus berseteru maka perekonomian global akan kian tertekan. Periode pemulihan akan terjadi dengan laju yang sangat lambat. Permintaan terhadap minyak sebagai bahan bakar pun masih berpotensi tertekan kembali. Kekhawatiran ini telah memicu terjadinya penurunan harga si emas hitam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article OPEC+ Pangkas 9,7 Juta Barel Produksi, Harga Minyak Meroket
Most Popular