
OPEC+ Pangkas 9,7 Juta Barel Produksi, Harga Minyak Meroket
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 April 2020 09:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah melesat tajam pagi ini setelah Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan aliansinya (OPEC+) sah pangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) kemarin, Minggu (12/4/2020).
Mengawali pekan ini, harga minyak mentah kontrak futures melesat lebih dari 4,5%. Pada 09.20 WIB, Brent naik 4,67% ke US$ 32,95/barel. Sementara minyak mentah acuan Negeri Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) meroket 5,8% ke level US$ 24,08/barel.
Usai maraton panjang melalui konferensi video selama empat hari, OPEC+ akhirnya sah pangkas produksi minyak 9,7 juta bpd mulai 1 Mei nanti. OPEC+ batal pangkas minyak sebanyak 10 juta bpd setelah Mexico mengajukan keberatan atas penjatahan pangkas produksi 400 ribu bpd. Mexico hanya menyanggupi sebanyak 100 ribu bpd.
Pemangkasan produksi minyak ini akan dilakukan mulai dari Mei-Juni. Untuk periode Juni-Desember 2020, produksi minyak dipangkas 7,7 juta bpd. Sementara itu, mulai dari Januari tahun depan hingga kuartal pertama tahun 2022, produksi akan dipangkas 5,8 juta bpd.
"Tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di waktu yang juga belum pernah terjadi sebelumnya," kata Ed Morse, kepala komoditas global Citi dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Minggu (12/4/2020).
Morse mengatakan pemangkasan produksi akan memiliki dampak yang signifikan di paruh kedua tahun ini dan membantu mengangkat harga minyak mentah ke pertengahan US$ 40/barel pada akhir tahun nanti. Namun tetap akan ada tekanan terhadap harga minyak jangka pendek sementara pasar mencoba kembali menyeimbangkan diri, begitu ungkapnya sebagaimana diwartakan CNBC International.
"Ini sudah sangat terlambat untuk mencegah kenaikan stok yang super-besar lebih dari satu miliar barel antara pertengahan Maret dan akhir Mei dan menghentikan kejatuhan harga minyak spot menjadi satu digit," katanya.
Pada hari Kamis, minyak mentah WTI turun lebih dari 9% karena para trader khawatir pemotongan itu tidak akan cukup besar untuk memerangi penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi corona. Untuk tahun ini WTI turun 62%, sementara Brent telah anjlok 52%.
Keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+ ini tak terlepas dari peran presiden AS ke-45 Donald Trump yang membantu memediasi Arab dan Rusia yang sempat perang harga. Atas keputusan tersebut, Trump mengucapkan ungkapan terima kasih melalui cuitannya di twitter.
OPEC + berharap bahwa negara-negara di luar grup, termasuk AS, Kanada dan Norwegia, juga akan mengurangi produksi dalam upaya untuk menopang harga. Trump mengatakan bahwa kekuatan pasar secara alami akan membuat output dipangkas.
Menteri Energi AS Dan Brouillette menegaskan kembali hal ini pada hari Jumat. Ia mengatakan bahwa sekitar dua juta barel per hari produksi AS akan dimatikan pada akhir tahun ini.
"Krisis hari ini melampaui kepentingan negara mana pun dan membutuhkan respons yang cepat dan tegas dari kita semua. Kegagalan untuk bertindak memiliki konsekuensi bagi perekonomian kita, "katanya Jumat dalam sambutan yang disiapkan pada pertemuan G20, melansir CNBC Internasional.
"Ini adalah waktu bagi semua negara untuk secara serius melihat apa yang dapat dilakukan masing-masing negara untuk memperbaiki ketidakseimbangan pasokan / permintaan di pasar," tambahnya.
"Pemangkasan output mungkin sedikit membantu, tetapi situasi pasar tetap diwarnai oleh tingginya output, terutama dalam jangka pendek," tambah John Kilduff dari Capital Again.
"Harga kemungkinan akan turun lagi, mengingat stok minyak mentah global masih tinggi. Pengujian ulang level US$ 20/barel kemungkinan akan terjadi selama beberapa minggu ke depan" ungkapnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun
Mengawali pekan ini, harga minyak mentah kontrak futures melesat lebih dari 4,5%. Pada 09.20 WIB, Brent naik 4,67% ke US$ 32,95/barel. Sementara minyak mentah acuan Negeri Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) meroket 5,8% ke level US$ 24,08/barel.
Usai maraton panjang melalui konferensi video selama empat hari, OPEC+ akhirnya sah pangkas produksi minyak 9,7 juta bpd mulai 1 Mei nanti. OPEC+ batal pangkas minyak sebanyak 10 juta bpd setelah Mexico mengajukan keberatan atas penjatahan pangkas produksi 400 ribu bpd. Mexico hanya menyanggupi sebanyak 100 ribu bpd.
Pemangkasan produksi minyak ini akan dilakukan mulai dari Mei-Juni. Untuk periode Juni-Desember 2020, produksi minyak dipangkas 7,7 juta bpd. Sementara itu, mulai dari Januari tahun depan hingga kuartal pertama tahun 2022, produksi akan dipangkas 5,8 juta bpd.
"Tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di waktu yang juga belum pernah terjadi sebelumnya," kata Ed Morse, kepala komoditas global Citi dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Minggu (12/4/2020).
Morse mengatakan pemangkasan produksi akan memiliki dampak yang signifikan di paruh kedua tahun ini dan membantu mengangkat harga minyak mentah ke pertengahan US$ 40/barel pada akhir tahun nanti. Namun tetap akan ada tekanan terhadap harga minyak jangka pendek sementara pasar mencoba kembali menyeimbangkan diri, begitu ungkapnya sebagaimana diwartakan CNBC International.
"Ini sudah sangat terlambat untuk mencegah kenaikan stok yang super-besar lebih dari satu miliar barel antara pertengahan Maret dan akhir Mei dan menghentikan kejatuhan harga minyak spot menjadi satu digit," katanya.
Pada hari Kamis, minyak mentah WTI turun lebih dari 9% karena para trader khawatir pemotongan itu tidak akan cukup besar untuk memerangi penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi corona. Untuk tahun ini WTI turun 62%, sementara Brent telah anjlok 52%.
Keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+ ini tak terlepas dari peran presiden AS ke-45 Donald Trump yang membantu memediasi Arab dan Rusia yang sempat perang harga. Atas keputusan tersebut, Trump mengucapkan ungkapan terima kasih melalui cuitannya di twitter.
OPEC + berharap bahwa negara-negara di luar grup, termasuk AS, Kanada dan Norwegia, juga akan mengurangi produksi dalam upaya untuk menopang harga. Trump mengatakan bahwa kekuatan pasar secara alami akan membuat output dipangkas.
Menteri Energi AS Dan Brouillette menegaskan kembali hal ini pada hari Jumat. Ia mengatakan bahwa sekitar dua juta barel per hari produksi AS akan dimatikan pada akhir tahun ini.
"Krisis hari ini melampaui kepentingan negara mana pun dan membutuhkan respons yang cepat dan tegas dari kita semua. Kegagalan untuk bertindak memiliki konsekuensi bagi perekonomian kita, "katanya Jumat dalam sambutan yang disiapkan pada pertemuan G20, melansir CNBC Internasional.
"Ini adalah waktu bagi semua negara untuk secara serius melihat apa yang dapat dilakukan masing-masing negara untuk memperbaiki ketidakseimbangan pasokan / permintaan di pasar," tambahnya.
"Pemangkasan output mungkin sedikit membantu, tetapi situasi pasar tetap diwarnai oleh tingginya output, terutama dalam jangka pendek," tambah John Kilduff dari Capital Again.
"Harga kemungkinan akan turun lagi, mengingat stok minyak mentah global masih tinggi. Pengujian ulang level US$ 20/barel kemungkinan akan terjadi selama beberapa minggu ke depan" ungkapnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun
Most Popular