
Obligasi Negara Berkembang Diburu, Obligasi RI Terbaik Ketiga

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Selasa (19/5/2020) menguat karena minat investor terhadap obligasi negara berkembang yang cenderung menawarkan tingkat yield (imbal hasil) lebih tinggi dibandingkan negara maju.
Penguatan harga obligasi juga terdorong oleh kemungkinan penurunan suku bunga BI. Dalam Rapat Dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hari ini, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days RR di 4,5%, namun "ada ruang untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Gubernur BI Perry Warjiyo.
Jika suku bunga acuan turun, maka dapat berdampak ke ekspor impor Indonesia. Hal ini karena biaya untuk pinjaman perusahaan ekspor impor ke bank menjadi lebih murah dari biasanya. Dengan hal ini diharapkan investasi ke dalam negeri juga bisa terus meningkat dan mendorong perekonomian, sehingga bisa membuat harga obligasi naik di tengah pembelian investor.
Data Refinitiv menunjukkan penguatanharga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun tidak mengalami perubahan atau flat.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 6,40 basis poin (bps) menjadi 7,745%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Mei'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 18 Mei'20 (%) | Yield 19 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 19 Mei'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.172 | 7.149 | -2.30 | 6.9381 |
FR0082 | 10 tahun | 7.809 | 7.745 | -6.40 | 7.5776 |
FR0080 | 15 tahun | 8.121 | 8.087 | -3.40 | 7.9003 |
FR0083 | 20 tahun | 8.102 | 8.102 | 0.00 | 7.9009 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 0,49 poin (0,18%) menjadi 269,37 dari posisi kemarin 268,88.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada Selasa (19/5/2020), Rupiah menguat 0,47% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.750/US$ di pasar spot.
Selain itu, pada Senin kemarin (18/5/2020), pemerintah melakukan lelang enam seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Lelang rutin biasanya dilaksanakan setiap hari Selasa.
Target indikatif pada lelang kemarin sebesar Rp 7 triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 18,85 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 9,5 triliun dari enam seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
Mengacu dari hasil lelang yang masuk, investor cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini. Hal tersebut terlihat dari pencapaian permintaan yang melewati target indikatif yang diproyeksikan pemerintah.
Artinya minat investor terhadap obligasi pemerintah sangat baik, dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 2,7 kali. Sementara pada lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa lau (12/5/2020) terjadi oversubscribed sebanyak 3,7 kali.
Hasil Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) | ||||||
18-May-20 | Seri |
|
|
|
| |
| SPNS19112020 | PBS002 | PBS026 | PBS023 | PBS004 | PBS005 |
Jatuh tempo | 19-Nov-20 | 15-Jan-22 | 15-Oct-24 | 15-May-30 | 15-Feb-37 | 15 April 2043 |
Yield rerata tertimbang |
| 6.157% | 7.070% | 7.998% | 8.483% | 8.577% |
Penawaran masuk | 0,151 | 5,099 | 5,6845 | 3,682 | 2,026 | 2,209 |
Sumber : djppr.kemenkeu.go.id
Obligasi RI Jadi Yang Terbaik Ketiga
Penguatan harga SUN tidak senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meski bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik ketiga setelah Afrika Selatan dan Brasil.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau melemah, yang kesemuanya hampir mencatatkan kenaikan tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling melemah yaitu obligasi Jerman dengan kenaikan tingkat yield sebesar 7,3 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global terus memburu aset pendapatan tetap (fixed income) Tanah Air karena penawaran tingkat yield yang cenderung lebih tinggi. Sementara tensi antara AS-China turut mendukung aset fixed income yang minim risiko.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 18 Mei'20 (%) | Yield 19 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.99 | 7.82 | -17.00 |
China (A+) | 2.701 | 2.716 | 1.50 |
Jerman (AAA) | -0.55 | -0.477 | 7.30 |
Prancis (AA) | -0.043 | -0.028 | 1.50 |
Inggris Raya (AA) | 0.209 | 0.235 | 2.60 |
India (BBB-) | 6.05 | 6.035 | -1.50 |
Jepang (A) | -0.008 | 0.005 | 1.30 |
Malaysia (A-) | 2.891 | 2.902 | 1.10 |
Filipina (BBB) | 3.31 | 3.332 | 2.20 |
Rusia (BBB) | 5.48 | 5.49 | 1.00 |
Singapura (AAA) | 0.708 | 0.728 | 2.00 |
Thailand (BBB+) | 1.13 | 1.13 | 0.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.643 | 0.706 | 6.30 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.415 | 8.945 | -47.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya