
BI Suntik Likuiditas Rp 583 T, Saham Bank Besar Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyediakan Rp 583,5 triliun untuk likuiditas bank-bank Indonesia mendapat respons positif. Harga saham-saham bank besar hari menguat setelah kebijakan tersebut disampaikan.
Pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham PT bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami apresiasi sebesar 9,22% ke level Rp 2.370/saham, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditutup naik ke level Rp 3.860/saham atau kenaikan sebesar 3,76%.
Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tercatat terbang 5,71% ke level harga Rp 3.520/saham, sedangkan harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ditutup di level yang sama dengan pembukaan kemarin yaitu seharga Rp 765/saham.
Untuk bank swasta harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami depresiasi sebesar 1,78% ke level Rp 23.400/saham dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang naik 4,20% ke level Rp 620/saham.
Namun investor Asing masih ragu dalam menempatkan dana mereka di Indonesia akibat isu bank jangkar (anchor bank). Hal ini ditunjukan oleh aksi jual bersih investor asing di pasar reguler pada saham BMRI sebanyak Rp 61 miliar, sedangkan rekor penjualan bersih terbesar terjadi di saham BBCA yang dijual bersih senilai Rp 304 miliar.
Pembelian bersih dilakukan investor asing di saham BBRI sebanyak Rp 108 miliar setelah selama 15 hari berturut-turut dijual bersih asing dan BBNI juga dibeli bersih asing sebanyak Rp 56 miliar.
Hari ini, setelah memaparkan hasil rapat dewan gubernur BI, Perry menyampaikan akan melakukan injeksi likuiditas ke pasar uang dan perbankan hingga mencapai Rp 583,5 triliun.
Injeksi tersebut ditempuh bukan dengan mencetak uang tapi melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuiditas perbankan melalui transaksi term-repo SBN, swap valas, serta penurunan GWM Rupiah.
"Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional, khususnya dalam rangka restrukturisasi kredit perbankan," terang Perry.
Menurut Perry, penyediaan dana likuiditas oleh perbankan dalam restrukturisasi kredit yang masuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pemerintah itu disediakan BI.
Dalam program PEN ini, jika bank memerlukan likuiditas bisa melalui term repo dengan datang ke BI. "Bahwa per 14 Mei data menunjukkan SBN yang dimiliki oleh Bank-bank berjumlah Rp 886 triliun rupiah," terang Perry.
Jika dipotong dengan kebutuhan wajib untuk rasio Penyangga Likuiditas Makro (PLM) itu sekitar 6% dari total SBN yang dipegang bank. "Untuk kebutuhan likuiditas PLM itu yakni 6% atau sekitar Rp 330,2 triliun. Sisanya 563 triliun bisa direpokan BI," tegas Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000