
Rupiah Suka Melawan "Gravitasi", Apa Sebabnya?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 May 2020 17:18

Mood investor global yang membaik dan aliran modal ke dalam negeri bisa juga tergambar dari hasil survei 2 mingguan Reuters, yang menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (14/5/2020) lalu menunjukkan angka 0,21, turun jauh dari rilis sebelumnya 30 April sebesar 0,58. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam 4 survei beruntun, yang sejalan dengan penguatan rupiah di sejak bulan April.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti short rupiah semakin menurun. Artinya, pelaku pasar perlahan-lahan kembali memburu rupiah sebagai aset investasi.
Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.
Sementara itu sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
Dengan terus menurunnya angka positif di survei Reuters tersebut, artinya perlahan rupiah mulai dicintai lagi oleh pelaku pasar. Jika pada survei berikutnya sudah menjadi minus lagi, peluang rupiah untuk terus menguat akan terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (14/5/2020) lalu menunjukkan angka 0,21, turun jauh dari rilis sebelumnya 30 April sebesar 0,58. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam 4 survei beruntun, yang sejalan dengan penguatan rupiah di sejak bulan April.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.
Sementara itu sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
Dengan terus menurunnya angka positif di survei Reuters tersebut, artinya perlahan rupiah mulai dicintai lagi oleh pelaku pasar. Jika pada survei berikutnya sudah menjadi minus lagi, peluang rupiah untuk terus menguat akan terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular