Profit Taking Lanjut, Asing Keluar Lagi Bikin IHSG Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari pertama pertama pekan ketiga di Mei ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada level 4.521,21 yang merupakan kenaikan sebesar 0,31%, Senin (18/5/2020).
Akan tetapi terpantau pada pukul 09:12 WIB, IHSG sudah berada di zona merah yaitu level 4.495,26 yang merupakan penurunan sebesar 0,27%. Pada pukul 10.26, IHSG minus 0,05% di level 4.504.
Aksi jual bersih asing tampaknya belum bisa dibalas dengan aksi beli bersih investor lokal sehingga IHSG terperosok. Ada 165 saham naik, sementara 154 saham ambles dan 169 saham stagnan, sisanya tidak diperdagangkan.
Asing sudah mencatatkan jual bersih (net sell) pagi ini Rp 216 miliar di pasar reguler, sementara di pasar nego dan tunai ada beli bersih Rp 25,35 miliar.
Saham yang paling banyak dijual asing pagi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sahamnya dijual bersih asing sebanyak Rp 33,81 miliar yang menyebabkan saham ini terkoreksi sebesar 2,68% ke level harga Rp 2.180/saham. BBRI sudah dijual bersih investor asing selama 15 hari berturut-turut.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga dilepas Rp 26,47 miliar dan sahamnya turun 1,33% di level Rp 3.170/saham.
Di sisi lain, mayoritas bursa Asia dipantau menguat, Hang Seng Index Hong Kong naik sebesar 0,18%, Nikkei Jepang terapresiasi sebesar 0,34%, sedangkan STI Singapore naik sebesar 0,54%.
Berbagai sentimen positif dan negatif baik dari dalam maupun luar negeri menyebabkan IHSG dibuka volatil pada pagi ini. Dari dalam negeri sendiri muncul berita baik setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginformasikan penerbitan Surat Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tertanggal 15 Mei 2020.
Bersama dengan surat tersebut disampaikan simulasi tahapan pemulihan kegiatan #CovidSafe BUMN yang dilakukan dalam beberapa fase.
Fase pertama mulai 25 Mei sektor yang diizinkan beroperasi terbatas yakni sektor industri dan jasa, sementara sektor kesehatan full operasi. Fase kedua sektor jasa retail mulai beroperasi pada 1 Juni. Fase 3 mulai 8 Juni sektor jasa wisata dan pendidikan mulai beroperasi. Fase 4 mulai 29 Juni pembukaan kegiatan ekonomi seluruh sektor. Dan fase 5 pada 13 dan 20 Juli merupakan evaluasi fase 4.
Kembali beraktivitasnya perekonomian Indonesia, tentunya dengan hidup new normal bisa memberikan nilai plus. Kemerosotan ekonomi yang dialami Indonesia bisa sedikit diredam, syukur-syukur bisa bangkit meski perlahan, setelah jatuh di kuartal I-2020.
Adapun sentimen negatif dari pasar global seperti dari benua Asia yaitu rilis data Kantor Kabinet Pemerintahan Jepang menunjukkan negeia Matahari Terbit ini terjun ke dalam resesi pertama sejak 2015 karena corona (Covid-19).
Tercatat terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) 0,9% pada Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang di kuartal-I 2020 (quartal-on-quartal/QoQ). Meski demikian, hasil ini lebih baik dari perkiraan ekonom. Sebelumnya kontraksi diperkirakan sebesar 1,1%.
Angka konsumsi swasta juga tercatat turun 0,7%. Sementara belanja modal turun 0,5% dan ekspor Jepang turun 6,0%.
Sementara itu kondisi perekonomian Amerika Serikat, menurut Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell dalam sebuah wawancara dengan CBS, mengatakan Covid-19 sudah memukul parah negara adi daya itu. Data menunjukkan lebih dari 30 juta pekerjaan hancur karena penutupan bisnis secara nasional.
Belum lagi angka pengangguran yang mencapai puncaknya yakni di kisaran 20-25%. Angka tersebut tak terlihat lagi sejak Great Depression di 1930 terjadi.
"Data yang akan kita lihat di kuartal yang berakhir Juni, akan sangat buruk," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Senin (18/5/2020).
"Akan ada penurunan besar dalam kegiatan ekonomi. lonjakan dalam pengangguran."
Menurut Powell, The Fed sendirian tidak akan mampu mengatasi krisis ini, dan harus dibantu oleh kongres, karena The Fed memiliki kekuatan untuk memberikan pinjaman saja, dan kongreslah yang memiliki kekuatan untuk membelanjakan uang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
(trp/trp)