Kesayangan Pasar, Rupiah Siap Taklukan Dolar Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 May 2020 11:43
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat dalam 4 dari 5 perdagangan di pekan ini, termasuk 2 kali menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Alhasil, Mata Uang Garuda membukukan penguatan mingguan sebesar 0,4%, sekaligus menjadi yang terbaik di Asia.

Mayoritas mata uang utama Asia malah melemah melawan dolar AS di pekan ini, selain rupiah hanya baht Thailand yang menguat, kemudian dolar Hong Kong menguat sangat tipis 0,01%.

Berikut kinerja dolar AS melawan mata uang utama Asia pekan ini.



Rupiah sebenarnya mulai menguat sejak awal April, bahkan membukukan penguatan 4 pekan beruntun sebelum terhenti pada pekan lalu. Sehingga dalam 6 pekan terakhir hingga pekan ini, rupiah menguat sebanyak 5 kali. Sepanjang April, rupiah bahkan mencatat penguatan lebih dari 9%.

Penguatan tersebut sejalan dengan taruhan (bet) para investor global terhadap rupiah. Hal tersebut tercermin dari hasil survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters yang menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April.

Pengurangan posisi short tersebut artinya bearish bets (taruhan rupiah bakal melemah) berkurang.



Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (14/5/2020) lalu menunjukkan angka 0,21, turun jauh dari rilis sebelumnya 30 April sebesar 0,58. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam 4 survei beruntun, yang sejalan dengan penguatan rupiah di sejak bulan April.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.



Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti bearish bet rupiah semakin menurun. 

Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.

Sementara itu sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.

Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.

Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.

"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).

Dengan terus menurunnya angka positif di survei Reuters tersebut, artinya perlahan rupiah mulai dicintai lagi oleh pelaku pasar. Jika pada survei berikutnya sudah menjadi minus lagi, peluang rupiah untuk terus menguat akan terbuka lebar.


[Gambas:Video CNBC]



Kinerja Apik rupiah sejak bulan April membuatnya menembus ke bawah level psikologis Rp 15.000/US$ bahkan cukup jauh. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan selalu menekankan rupiah akan di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini. Padahal posisi rupiah sudah mendekati Rp 14.800/US$.

Pernyataan Perry tersebut tentunya memberikan dampak psikologis di pasar "rupiah tidak akan menguat lebih jauh", sehingga perlu tenaga ekstra atau momentum yang besar agar rupiah mampu menguat tajam lagi.

Apalagi di tengah ketidakpastian perekonomian akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang tengah melanda dunia. 

Kabar bagus datang dari dalam negeri, pemerintah pada pekan lalu mengumumkan akan mengizinkan warga yang berumur di bawah umur 45 tahun untuk kembali bekerja. 




Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan sudah menghimbau BUMN untuk mulai bekerja pada 25 Mei 2020 mendatang, bagi karyawan yang berusia di bawah 45 tahun. Sedangkan usia di atas 45 tahun diperkenankan untuk tetap bekerja di rumah.

Berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tertanggal 15 Mei 2020, kebijakan ini dijalankan dengan tetap menerapkan protokol perlindungan karyawan dan pelanggan serta rantai lainnya. 

Mulai bergeraknya roda perekonomian tentunya menjadi kabar bagus, meski tetap harus waspada agar tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19. 

Roda perekonomian secara global juga perlahan mulai berputar setelah negara-negara Barat mulai melonggarkan lockdown. 

Tetapi ketegangan antara AS-China masih menjadi sentimen negatif yang bisa memperburuk sentimen pelaku pasar, yang pada akhirnya akan memebani rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular