
Gegara Covid-19, Danareksa Investment Pangkas Target AUM

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Danareksa Investment Management, anak usaha PT Danareksa (Persero), akan merevisi target dana kelolaan perseroan (asset under management/AUM) yang semula ditargetkan di kisaran Rp 34 triliun - Rp 35 triliun, turun 10% pada tahun ini sehingga berada di angka kisaran Rp 30,6 triliun- Rp 31,5 triliun.
Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan tekanan di sektor keuangan, termasuk industri reksa dana menyebabkan manajer investasi lebih konservatif mengelola dana kelolaannya.
Apalagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah ambles 28,45% sejak awal tahun hingga penutupan Jumat ini (15/5) di level 4.507,61.
Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM), Marsangap P. Tamba menuturkan, ketidakpastian akibat pandemi menyebabkan pasar saham berfluktuasi dan menyebabkan penurunan dana kelolaan industri reksa dana, terutama dengan aset saham.
Hal ini, terlihat dari pertumbuhan negatif dana kelolaan reksa dana secara rerata di industri minus 12% sejak awal tahun ini. Akan tetapi, DIM masih mencatatkan pertumbuhan 9% karena menempatkan lebih dari 60% dana kelolaan pada pendapatan tetap termasuk pada obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
![]() Konferensi Pers Danareksa Investment, 10 Maret 2020 (Syahrizal Sidik/CNBC Indonesia) |
Instrumen ini menjadi faktor utama pertumbuhan dana kelolaan reksa dana DIM selama 4 bulan terakhir yang bergerak dari Rp 22,7 triliun menjadi hampir sebesar Rp 25 triliun.
Namun, perseroan juga mengantisipasi mengenai terjadinya penurunan dana kelolaan akibat pandemi. Marsangap melanjutkan, dalam kondisi seperti sekarang ini masih sangat menantang untuk menempatkan aset investasi karena ketidakpastian tinggi.
"Situasi ini masih sangat challenging terutama dari investasi, karena saat ini kita masih mencoba menerka, kira-kira seperti apa skenario nantinya ekonomi ke depan," kata Marsangap, dalam paparan virtual, Jumat (15/5/2020).
Dia mengatakan, perseroan masih menghitung ulang mengenai revisi dana kelolaan hingga akhir tahun. Tapi dari proyeksi awal, pada skenario base case, diperkirakan akan stabil pada kisaran Rp 34 triliun hingga Rp 35 triliun.
Namun, ia juga tidak menampik penurunan dana kelolaan bisa double digit karena terdampak dari tekanan di pasar saham yang sejak awal tahun ini sudah minus hampir 30%.
"Kita harus mengantisipasi dan kelolaan bisa turun 10% dalam situasi seperti ini," katanya lagi.
Strategi Defensif
Pada tahun ini, perseroan juga memilih melakukan strategi defensif dengan menempatkan 62% portofolio dana kelolaan di instrumen berbasis suku bunga seperti reksa dana pendapatan tetap, obligasi korporasi dengan peringkat baik dan surat utang negara (SUN). Hal ini juga termasuk reksa dana pasar uang dan reksa dana terproteksi.
Sebanyak 30% dana kelolaan lainnya diinvestasikan di instrumen alternatif seperti reksa dana penyertaan terbatas dan 8% di instrumen saham unggulan (blue chip) dengan bernilai kapitalisasi pasar besar dan masuk dalam indeks LQ45.
Tidak hanya itu, tingkat likuiditas dari berbagai portfolio DIM, kata Marsangap, saat ini cukup tinggi dan ditempatkan pada bank-bank besar atau rata-rata pada bank Buku III (bank umum kelompok usaha dengan modal inti Rp 5-30 triliun). Preferensi ini cukup penting untuk menopang kelanjutan investasi jangka panjang.
"Kami menyadari fluktuasi jangka pendek akan terus berlanjut di masa yang sulit ini. Pemilihan terhadap instrumen yang lebih likuid dan berkualitas tinggi tentunya akan terus menjadi fokus kami sambil memantau peluang yang mungkin terjadi," ungkapnya.
(tas/tas) Next Article Dana Kelolaan Industri Drop 3%, DIM: Tak Ada Rush Reksa Dana!
