Rupiah Cuma Menguat 0,1%, Tapi Jadi yang Terbaik di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2020 12:56
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (15/5/2020). Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah kembali perkasa, bahkan terbaik di Asia.

Rupiah melemah 0,07% begitu perdagangan hari ini dibuka, dan berlanjut hingga 0,34% ke Rp 14.890/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Setelahnya rupiah perlahan bangkit, hingga menguat 0,1% ke Rp 14.825/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Meski tipis, penguatan 0,1% sudah cukup membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia hingga tengah hari ini. Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada hari ini, meski pelemahanya tidak terlalu besar. Selain rupiah hanya baht Thailand dan rupee India yang menguat hingga pukul 12:10 WIB.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga tengah hari ini.



Jika mampu mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan nanti, rupiah akan mencatat penguatan 3 hari beruntun, dan kembali mencatat penguatan mingguan. Pada pekan lalu, rupiah menghentikan rentetan penguatan 4 minggu beruntun.

Rupiah pada perdagangan Kamis kemarin mampu menguat meski sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk membuat mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen kembali berjaya. Sebabnya, Ketua Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell, memberikan outlook yang agak suram terkait ekonomi Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit.



"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual, Rabu pagi waktu setempat.

Fakta rupiah mampu menguat, meski tipis, saat sentimen pelaku pasar sedang memburuk tentunya menjadi kabar bagus. Hal tersebut bisa memberikan gambaran tingkat kepercayaan pelaku pasar global terhadap aset-aset dalam negeri mulai membaik di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sementara pada hari ini, sentimen pelaku pasar kembali membaik yang tercermin dari menguatnya bursa saham Asia pagi ini.

Hari ini, kabar baik datang dari China, output industri di bulan April dilaporkan tumbuh 3,9% year-on-year (YoY). Rilis tersebut lebih tinggi ketimbang prediksi Reuters sebesar 1,5% YoY. Hal tersebut tentunya memberikan harapan perekonomian global bisa segera bangkit setelah pandemi Covid-19 berhasil diredam.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka modal akan dialirkan ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah mendapat rejeki.
Rupiah bahkan masih tetap perkasa saat data menunjukkan neraca perdagangan Indonesia tekor di bulan April.

Badan Pusat Statistik melaporkan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -7,02% YoY, menjadi US$ 12,19 miliar, sedangkan impor mengalami kontraksi -18,58% YoY menjadi US$ 12,54 miliar. Sehingga neraca perdagangan mencatat defisit US$ 350 juta.

Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan April 2020 membukukan defisit tipis US$ 45 juta. Ekspor diperkirakan terkontraksi -1,91% dan impor turun 16,17%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular