Lumayan, Rupiah Juara 2 Setelah Sempat yang Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2020 16:11
Dollar-Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Fakta rupiah mampu menguat pada hari ini menunjukkan pelaku pasar mulai kembali melirik rupiah. Sebabnya imbal hasil atau yield di Indonesia yang cukup tinggi. Yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun sebesar 7,862%, bandingkan dengan obligasi AS (Treasury) dengan tenor yang sama hanya sebesar 0,614%.

Rupiah yang perlahan mulai kembali dilirik pelaku pasar hasil survei dua mingguan yang dilakukan Reuters. Survei tersebut menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (30/4/2020) pekan lalu menunjukkan angka 0,58, turun jauh dari rilis sebelumnya 16 April sebesar 0,86. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam tiga survei beruntun, sejalan dengan penguatan rupiah di bulan April.



Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.



Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.

Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.

Sementara itu sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular